Saturday, December 29, 2012

Chloe cuma pingin tau nih, kalian lebih suka fanfict tentang apa? Kalau ada ide dan saran, tolong comment di post ini, ya! Saran kalian pasti Chloe dengar :D Tolong kasih saran, ingin dibuatkan fanfict apa lagi?
Oh iya, Happy Holiday! Merry Christmas untuk yang merayakan. Maaf, Chloe baru bisa mampir lagi. Beberapa hari yang lalu Chloe ada gangguan sedikit untuk online. (Kena Flu~)
Semoga kalian suka kelanjutan 'True Dream" yang sudah sampai part 3, ya :D Chloe baru aja dapat e-mail dari Carly dan isinya lanjutan dari "True Dream". Chloe excited banget. hehehe

xoxo, Chloe

True Dream - Kim So Eun and Kim Shang Bum (Part 3)



True Dream

                         Aku tidak tahu alasan dia tidak menghubungiku dua bulan terakhir ini. Shin Min Ah mengatakan kalau sejak kecil dia memang sering tiba-tiba menghilang tanpa memberi kabar. Kim Bum tidak pernah memberitahu alasan mengapa dia suka menghilang seperti itu setiap tahunnya. Tetapi dia tidak pernah menghilang selama dua bulan seperti ini. Kemanakah dia sebenarnya? Apa yang dia sembunyikan dariku? So Eun tidak henti-hentinya memikirkan soal Kim Bum yang sudah dua bulan lamanya menghilang. “Sejak dia SD, biasanya dia tidak masuk sekolah paling lama hanya seminggu. Tidak seperti saat ini.. dua bulan terlalu lama,” kata Min Ah. “Aku.. tidak pernah tahu kalau dia suka hilang mendadak seperti ini. Eonni, kau tahu darimana kalau dia suka mendadak hilang seperti ini?” tanya So Eun. “Dari bibi Kim, ibunya Kim Bum. Aku pernah bertemu dengan bibi Kim dan saat itu bibi mengatakan kalau aku tidak boleh heran jika Kim Bum tiba-tiba menghilang dari sekolah. Aku bertanya apa alasannya, tapi dia tidak memberitahuku,” jelas Min Ah.
                         Semenjak Kim Bum menghilang, So Eun terlihat kesepian walaupun sudah dihibur dan ditemani oleh eonni dan oppa-oppa-nya itu. Dia merasakan sesuatu yang buruk terjadi pada Kim Bum. Di bawah pohon rindang yang sejuk dan terletak di belakang sekolah, air matanya mengalir dengan deras tanpa henti. Dagunya menyentuh tangannya yang sedang disilangkan di atas lututnya. Dia sangat kesepian.
                         Tiba-tiba, So Eun merasakan ada seseorang yang memegang pundak kanannya dari belakang. Dia melihat ke belakang dan serasa waktu berhenti pada saat itu. Angin kencang berhembus melewati mereka tetapi tidak melepaskan pandangan kerinduan yang mendalam mereka. Orang itu tersenyum pada So Eun dan berkata, “Bagaimana kabarmu?” So Eun berdiri dan dia tidak bisa menahan air matanya dan terus mengalir sambil memandangi Kim Bum yang berada di depannya. “Apa kau menungguku selama ini?” tanya Kim Bum yang sebenarnya tidak tahan membiarkan So Eun menangis tersedu-sedu di depannya. “Bodoh.. Bodoh!! Tentu saja aku menunggumu yang tiba-tiba menghilang tanpa meninggalkan jejak seperti itu! Aku.. Aku tidak akan membiarkanmu lolos dari hukumanmu yang pergi seenaknya saja!” bentak So Eun dengan suara yang tersedu-sedu. Kim Bum memeluknya dan berusaha menenangkannya, “Mianhe, mianhe.. Aku tahu kata maaf tidak akan cukup untuk membayar semua air matamu yang mengalir karenaku selama ini. Tapi, aku tidak bermaksud membuatmu menungguku selama ini.”
                         Kim Bum memberitahu alasan dia menghilang selama dua bulan ini. Dia pergi ke luar kota untuk menambah wawasan mengenai lukisan. Tapi alasannya itu tidak meyakini So Eun. Dia merasa Kim Bum sedang berbohong terhadapnya. “Kau tidak bohong kan?” Kim Bum tidak menjawab pertanyaan So Eun. “Kalau begitu, kenapa kau tidak menghungiku dan yang lain?” lanjut So Eun. “Itu.. karena signal disana sangat buruk dan sebenarnya aku juga tidak ingin diganggu, hehe,” jawab Kim Bum dengan wajah seperti sedang berbohong. “Huh.. Jadi aku itu pengganggu yah?” So Eun membuang muka darinya. “Bu.. Bukan begitu.. Maksudku..,” belum selesai berbicara, So Eun langsung mencelanya “Baiklah tidak apa-apa. Apapun alasannya saat ini, tapi kelak kau pasti akan memberitahukanku alasan yang sebenarnya kan?” So Eun tersenyum dan percaya pasti ada alasan yang membuat Kim Bum terpaksa berbohong padanya.
***
                         Kim Bum menggandeng tangan So Eun dan mengajaknya jalan-jalan ke suatu tempat. Saat itu sudah jam pulang sekolah. Tepat di gerbang sekolah, Shin Min Ah, Lee Seung Gi, dan juga Jung Il Woo memanggil dan menghampiri mereka. Mereka bertiga senang bisa melihat Kim Bum yang kembali bersekolah lagi di Arts School. Kim Bum  tahu kalau dia akan segera ditanyakan berbagai pertanyaan mengenai menghilangnya dia selama dua bulan. Dia memutuskan untuk menghindari mereka. “Mianhe, tapi aku harus segera pergi. Annyeong..,” Kim Bum melambaikan tangannya sambil tertawa dan menarik tangan So Eun dan bergegas pergi dari sana.
                                “Huh dasar..! Anak-anak zaman sekarang suka kabur begitu saja. Kalau begitu kita pergi juga yuk,” aja Seung Gi menarik tangan Min Ah. “Kami pergi dulu yah..,” kata Min Ah sebelum pergi meninggalkan Il Woo. Il Woo hanya tersenyum tipis tetapi wajahnya juga menunjukkan kesedihan di dalam hatinya.
***
                         Kim Bum mengajak So Eun pergi ke rumahnya. “Ah omma, ini So Eun, tetangga kita juga teman kecilku dulu,” Kim Bum memperkenalkannya. “Annyeonghaseo. Senang bisa bertemu dengan bibi lagi,” sambut So Eun. “So Eun? Wah.. Bibi senang bisa bertemu denganmu lagi. Maaf ya bibi tidak segera menemuimu dan keluargamu. Selama ini bibi hanya bisa mendengar beritamu dari anakku ini,” nyonya Kim terlihat senang dengan kehadiran So Eun di rumahnya. Tentu saja, karena keluarga mereka juga sangat akrab. “Ah tidak apa-apa kok, saya juga tidak segera menemui anda. Mianhamnida,” kata So Eun dengan manis.
                         Bibi Kim memuji kemanisan dan kecantikan So Eun yang membuatnya tersipu malu. “Omma, boleh aku bawa So Eun ke ruang lukisku sebentar?” izin Kim Bum. “Tentu saja. Tapi setelah itu ibu ingin berbincang-bincang sebentar dengannya.” Kim Bum mengajak So Eun ke ruang lukisnya.
                         So Eun memperhatikan semua lukisan yang ada di ruangan itu. Ada satu lukisan yang membuat dia terpana dan segera menghampiri lukisan itu. Dua anak kecil yang manis duduk di atas bukit sambil melihat matahari terbenam. Ya, dua anak itu tidak lain adalah Kim Bum dan So Eun. “Wah.. Aku ingat dulu kita pernah melihat matahari terbenam. Kau benar-benar melukisnya seperti nyata,” puji So Eun. “Gomawo. Tapi aku tidak ingat kapan saat itu kita melihat matahari terbenam,” kata Kim Bum dengan raut muka yang kecewa pada dirinya sendiri. “Apa kau ingat?” lanjutnya. “Tentu. Sehari sebelum kau pindah dari rumahmu dulu. Sebelum pergi kau ingin mempunyai kenangan yang indah bersamaku kan?” So Eun tersenyum menggodanya. “Benarkah? Aku.. benar-benar tidak ingat kapan itu terjadi.”
                          Raut wajah So Eun juga berubah, kekecewaan tertampak jelas di wajahnya. “Hei.. Jika suatu saat aku akan melupakan semua hal, tapi ada satu hal yang tak ingin kulupakan dan aku tidak akan pernah melupakannya. Kau tahu apa itu?” tanya Kim Bum. So Eun menatapnya karena heran kenapa Kim Bum tiba-tiba mengatakan dan bertanya hal itu. “Aku tidak tahu. Memangnya apa hal yang tidak ingin kau lupakan itu?” tanyanya. Kim Bum tersenyum sambil menatap So Eun dengan serius dan berkata “Kau.. Hal yang tidak ingin kulupakan adalah kau. Walau aku lupa dengan semuanya, tapi aku tidak akan pernah lupa kalau aku pernah mengenalmu.”
                         So Eun menjadi panik. Dia merasa sesuatu akan terjadi pada Kim Bum. Kenapa? Kenapa tiba-tiba kau berkata seperti ini, oppa? Kau ingin pergi lagi? Kau ingin menghilang lagi seperti waktu itu? pikirnya. So Eun tidak bisa mengendalikan kepanikkannya itu. Dia bergegas pergi dari ruangan itu dan berpamitan pada nyonya Kim lalu keluar dari rumah Kim Bum.
                         “Apa yang kau lakukan? Kejar dia dan segera tenangkan dia!” ucap Nyonya Kim pada Kim Bum. Kim Bum segera mengejar So Eun. “Haduh, kenapa anak itu membawa gitar sih?” nyonya Kim heran dengan anaknya itu. “Mungkin untuk memulihkan suasana,” kata tuan Kim yang baru saja pulang bekerja dan menghampiri Nyonya Kim.
***

                         Tepat di luar rumahnya, Kim Bum memanggil dan meraih tangan So Eun dengan tangan kanannya (tangan kirinya memegang sebuah gitar), “Hei tunggu..! Kenapa kau pergi begitu saja?” So Eun melepaskan pegangan Kim Bum, “Habis.. Habisnya kau berkata yang aneh-aneh saja. Itu membuat perasaanku menjadi buruk.” Kim Bum memegang tangan So Eun lagi, “Mianhe, aku tidak akan berbicara yang aneh-aneh lagi. Sekarang hapus air matamu dan perhatikan aku yah..” Kim Bum bersiap-siap dengan gitarnya dan bersiap untuk menyanyikan lagu I’m going to meet her. “Ehmm.. ehmm..,” Kim Bum mengecek suaranya dulu lalu mulai bernyanyi. Dan berhasil! Kim Bum berhasil membuat So Eun tersenyum lagi. “Aku tidak tahu kalau kau bisa bernyanyi,” katanya sambil tertawa.
                         Tetapi setelah bernyanyi, penglihatan Kim Bum tiba-tiba menjadi kabur. Dia tidak bisa melihat wajah So Eun dengan jelas. Jangan sekarang, kumohon jangan sekarang! Aku sedang bahagia melihatnya tertawa seperti itu. Jangan sekarang.. (batin Kim Bum). Dia terjatuh ke trotoar dan kesadarannya semakin lama semakin menghilang…

(to be continued)

*******************************************************

Saturday, December 15, 2012

True Dream - Kim So Eun and Kim Shang Bum (Part 2)




Pairing : Kim Shang Bum and Kim So Eun 
By : Carly
Attention : Ini hanya fanfiction yang Carly buat. Semoga kalian menikmati ceritanya :)


True Dream
                         Kim So Eun masih ragu dengan apa yang sedang ia pikirkan sekarang. Tidak mungkin, itu pasti bukan dia, pikirnya. “Aku rasa kau salah orang. Mungkin namaku sama dengan nama temanmu itu. Aku.. Tidak pernah mengenalmu sebelumnya,” kata-kata So Eun membuat Kim Bum terus menatapnya. “Benarkah? Kurasa ini benar-benar kau,” Kim Bum sangat yakin kalau So Eun adalah teman masa kecilnya dulu. So Eun hanya terdiam dan suasana tiba-tiba menjadi sangat sunyi. “Apa.. Impianmu masih sama seperti dulu? Belajar melukis di Amerika dan menjadi seorang pelukis professional. Apa jangan-jangan kau sudah merubah impianmu itu?” Kim Bum memulai pembicaraan lagi dengan berbagai pertanyaan yang membuat Kim So Eun menyadari sesuatu. Itu tidak mungkin! Bagaimana bisa dia mengetahui impianku? So Eun terus berpikir tanpa menyadari kalau daritadi Kim Bum memperhatikannya dan tersenyum tipis melihat wajah lugu So Eun yang kebingungan itu.
                         “Kenapa kau diam saja? Sudah ingat aku belum?” tanya Kim Bum yang daritadi menunggu kata-kata yang akan diucapkan So Eun. “Kau..” belum selesai kata-kata yang akan diucapkan So Eun, Kim Bum langsung mengatakan sesuatu. “Kim Boong Bum, kau ingat dengan nama itu?” So Eun sangat terkejut dan ternyata apa yang ia pikirkan dari awal benar! Kim Bum adalah teman kecilnya yang selalu ada bersamanya. Kim Boong Bum adalah nama panggilannya saat ia masih kecil. Dulu rumah mereka bersebelahan dan keluarga mereka sangat akrab satu sama lain seperti kerabat dekat. Akan tetapi, karena dari dulu So Eun dan Kim Bum tidak pernah satu sekolahan, So Eun tidak pernah mengetahui nama asli Kim Bum.
                         Kim Bum menjelaskan mengenai nama panggilan kecilnya itu. Mata So Eun terlihat berlinang-linang. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan Kim Boong Bum oppa-nya itu. “Aku.. Aku sangat merindukanmu. Aku berharap bisa bertemu denganmu lagi, dan sekarang harapanku terwujud. Aku benar-benar bahagia bisa melihatmu lagi, So Eun,” Kim Bum memegang kedua pundak So Eun sambil menatapnya. “Apa kau merindukanku?” tanyanya. Kim So Eun menganggukkan kepalanya yang berarti dia juga merindukan oppa-nya itu. Kim Bum memeluknya dengan hangat dan air mata So Eun akhirnya pun turun membasahi sweater yang dikenakan Kim Bum.
***
                         Di kelas musik, terdapat seseorang yang sedang memainkan gitarnya. “Bagaimana, kau suka dengan lagu ciptaanku?” tanya seorang pria kepada kekasihnya, Shin Min Ah. “Aku sangat menyukainya, lagunya sangat romantis,” jawab Min Ah. Kekasihnya adalah seorang pria yang sangat hebat memainkan alat musik. Hampir semua alat musik dapat ia kuasai. Namanya adalah Lee Seung Gi. Seung Gi sering sekali menciptakan lagu khusus untuk Min Ah, sebaliknya Min Ah juga sering melukis kekasihnya itu. Mereka memang pasangan yang sangat cocok. “Lalu, bagaimana menurutmu?” tanya Lee Seung Gi kepada Jung Il Woo. Dari tadi Il Woo hanya terdiam melamun memikirkan sesuatu. Apa yang sedang mereka bicarakan sekarang? pikirnya. Dia memikirkan So Eun yang tiba-tiba saja tadi tangannya ditarik oleh juniornya, Kim Bum. Lee Seung Gi dan Shin Min Ah hanya memperhatikannya dengan heran.
                         Tok tok tok.. Suara ketukan pintu terdengar dari luar kelas musik dan seseorang mengintip dari balik pintu. “Apa aku boleh masuk?” izin Kim Bum yang masuk bersama So Eun. Mereka membuat Il Woo berhenti dari kemelamunannya.“Ah, So Eun. Ayo kemari,” ajak Min Ah. Dia memperkenalkan kekasihnya, Lee Seung Gi. “Annyeonghaseo. Jonen Kim So Eun imnida,” sapa So Eun dengan sopan. “Annyeonghaseo. Jonen Lee Seung Gi imnida. Senang bisa bertemu denganmu,” sambutan hangat dari Seung Gi. “Apa kau sudah berkeliling sekolah ini?” tanya Seung Gi. “Sudah kok. Kim Bum oppa  yang menemaniku berkeliling tadi,” jawaban So Eun membuat kecewa Il Woo, tertampak jelas diwajahnya. Padahal Il Woo ingin sekali menemani So Eun berkeliling sekolah.
                         Jung Il Woo mengajak Kim So Eun keluar kelas. Dia ingin mengetahui apa yang So Eun bicarakan dengan Kim Bum tadi. So Eun menceritakan semuanya. Jadi mereka sudah bertemu sejak mereka masik kecil, pikir Il Woo. Il Woo merasa cemburu. Dia takut kehilangan perhatian So Eun yang selama ini ia dapatkan darinya.
***
                         Hari demi hari Kim Bum dan So Eun terus bersama. Mereka terlihat seperti dulu lagi. Bermain atau mengerjakan segala hal bersama-sama. Mereka juga melukis bersama dengan gembira. Dugaan Il Woo benar. Waktu untuk bersama-samanya dengan So Eun berkurang. Maka itu, dia mengajak So Eun untuk pergi bersama pagi ini. Tentunya tanpa bersama Kim Bum.

                         Seorang pria menunggunya di taman hiburan. So Eun langsung menemui pria itu. “Oppa..” panggilnya. “Kau sudah datang? Hari ini kau terlihat cantik sama seperti biasanya,” kata-kata Il Woo membuat pipi So Eun merah merona. So Eun memakai kaos merah, jeans hitam, tas hitam kecil yang lucu, flat shoes dan tentunya ia memakai sweater merah karena saat ini udara di Seoul sangat dingin. Il Woo memegang tangan So Eun dan mengajaknya bermain di taman hiburan itu. Mereka lewati hari ini dengan riang gembira.
                         Di hari itu, Il Woo mengungkapkan perasaannya kepada So Eun dan berharap So Eun mempunyai perasaan yang sama sepertinya. Ia ingin selalu berada disamping So Eun. Mereka duduk di bangku taman. “So Eun..” jantung Il Woo berdebar-debar sehingga membuatnya susah berbicara. “Iyah? Ada apa?” tanya So Eun. “Apa ada yang salah dengan wajahku? Kenapa kau memperhatikan wajahku seserius itu?” lanjut So Eun. “Ahh, tidak ada yang salah dengan wajahmu kok. Aku.. hanya ingin berbicara serius denganmu,” Il Woo sudah menenangkan detak jantungnya dan akan mengungkapkan perasaannya. “Oppa, hal apa yang ingin kau tanyakan sehingga membuatmu seserius ini?”
                         Suasana mendadak menjadi serius, seakan-akan hanya ada mereka berdua saja di taman itu. “Orang yang sudah saling mengenal lama pasti akan mempunyai perasaan tertentu. Baik itu sayang ataupun cinta. So Eun, kita sudah mengenal satu sama lain. Aku.. mempunyai perasaan itu kepadamu.” So Eun mendengarkannya dan mengatakan, “oppa, aku tahu kau menyayangiku. Aku pun juga menyayangimu.” “Tidak.. Bukan sayang. Tapi cinta.. So Eun, aku mencintaimu,” Il Woo menggenggam tangan So Eun. So Eun terdiam.. Tetapi tidak lama kemudian ia mengatakan sesuatu. “Mianhe, oppa.. Aku hanya menyayangimu. Aku sudah menganggapmu sebagai kakakku. Mianhe..” Il Woo melepaskan genggamannya, dia tahu ada seseorang di hati So Eun. Dan itu bukan dia.
                         Dari kejauhan, dengan ketidaksengajaannya, Kim Bum mendengar perbincangan mereka. Dia mengetahui bagaimana perasaan Jung Il Woo kepada Kim So Eun. Sebenarnya dia sudah menduga sejak pertama kali ia melihat tatapan Il Woo kepada So Eun saat masuk ke sekolah ‘Art School’.
                         Sejak saat itu Kim Bum tidak pernah masuk sekolah dan memberi kabar sedikitpun. So Eun sangat khawatir terhadapnya. Berkali-kali ia menelepon dan mengirimkan pesan kepada Kim Bum tetapi handphone-nya tidak pernah aktif dan pesannya tidak pernah dibalas. Handphone So Eun tidak pernah lepas dari genggamannya sebelum mendapatkan kabar dari Kim Bum. Apa dia marah padaku? Apa yang telah aku lakukan? Apa yang terjadi dengannya? Mengapa dia seperti ini? Tolong beritahu aku apa yang terjadi, batin So Eun bertanya-tanya dengan penuh kekhawatiran.


(to be continued)

***********************************************

Friday, December 7, 2012

Mohon Menunggu

Chloe dan Clary sedang sibuk ulangan semesteran nih. Liburan nanti, Chloe usahakan ngetik yang banyak ya :D Mohon menunggu!

Fluttershy - Working In Background