Thursday, January 24, 2013

Dream High Fan fiction - Part 1

Author : Chloe  
Why I make this : Chloe lagi suka dengan para Idol Korea. Maaf ya kalau ada idol fav kalian yang nanti jadi karakter jahat dan sebagainya. Chloe cuma nyocokin karakter dengan Idol yang kayaknya cocok untuk meranin tokoh dalam Fan Fiction Chloe.
Characters : Goo Hara (KARA), Minho (SHINee), Eunhyuk (Super Junior), Onew (SHINee), Jiyoung (KARA), Gyuri (KARA), Krystal (f(x)), Victoria (f(x))



Kirin memang tidak bisa ditolak oleh siapapun, apalagi orang-orang tersebut memiliki ketertarikan pada musik. Berbaris-baris orang sudah mengantri untuk mendapatkan formulir Kirin dan bermohon pendaftaran ditutup secepatnya, agar saingan mereka tidak terlalu banyak. Sudah dari pukul sembilan pagi tadi orang-orang mulai berbaris, karena memang hari ini saja formulir tersebut dapat dimiliki.

Perasaan yang sama tidak dialami oleh Goo Hara, salah satu murid sekolahan yang baru saja lulus dari sekolahnya. Hara datang hanya untuk menemani teman-temannya yang begitu antusias. Walaupun sudah menunggu lama dan antrian dicegat saat mereka ingin masuk ke dalam Sekolah Musik Kirin, Hara berusaha untuk tetap sabar dan menunggu dalam hujan keringat.

“Hara, kau harus ambil formulir juga. Kita bertiga bisa sekolah sama-sama. Aku tahu kamu pintar bernyanyi. Kenapa tidak coba?” tanya salah satu dari rombongan gadis itu. Wajahnya menampakkan bahwa dirinya sedang memohon.

Hara tidak berkutik. Dia lebih suka mendengarkan orang lain daripada bicara. Gyuri, temannya yang lain, cemberut dan berkata, “Kau ini.” Dia mengetuk pelan kepala Jiyoung, gadis yang tadi bicara. “Hara tidak pernah menunjukkan bakat bernyanyi, tahu dari mana kau? Jangan mulai sikap sok jadi peramal itu lagi. Hara tidak akan mau ikut sekolah begini.”

Hara merasa panas. Kedua orang ini tidak bisa diam sama sekali. Selalu saja bertengkar di keadaan seperti apapun. “Diam saja!” Teman-teman Hara terdiam di tempat, mengenal jelas Hara yang menyeramkan saat sedang marah.

Akhirnya penjaga di depan pintu membiarkan mereka masuk.

Tiga gadis itu terpana melihat kemegahan lobi utama sekolah Kirin. Sekolah ini pasti mahal. Gyuri dan Jiyoung tentu mampu membayar biaya bersekolah di sini, tapi bagi Goo Hara? Keluarganya cukup sederhana, bukan keluarga kalangan atas yang hidup menghabiskan uang-uang mereka. Mungkin keluarga Hara mampu membiayainya, tapi akankah ayah dan ibunya menyutujui hal ini? Mereka ingin anak-anaknya meneruskan karir ayahnya sebagai manager perhotelan.

Jiyoung, Gyuri dan Hara sudah sampai di depan meja pengambilan formulir. Mereka tidak bergidik saat seorang pria galak menatap mereka bertiga bergantian dengan sangar. Pria itu tinggi, cukup berotot tapi tidak berlebihan, dan harus diakui kalau dia tampan.

Seorang wanita memberikan formulir kepada mereka bertiga. Hara baru saja ingin mengembalikannya, tapi mereka sudah diusir pergi untuk memberikan jalan kepada pengantri berikutnya. “Formulir dikembalikan paling lambat hari Minggu, yaitu besok. Seleksi dimulai pada hari Kamis berikutnya,” teriak wanita itu.

Jiyoung, Gyuri dan Hara keluar dari Kirin. Hara menatap formulir di tangannya dengan perasaan kurang percaya, sementara Jiyoung dan Gyuri merasa sangat senang berhasil mendapatkan formulir tersebut.

“Kurasa kau bisa mencoba, Hara. Kalau ayah dan ibumu tidak marah, sih,” kata Gyuri, memulai kebiasaannya untuk terlalu membuka pikirannya.

Hara benar-benar ingin mencoba. Dia tidak bisa berbohong lagi. Dia tidak bisa untuk tidak mengakuinya lagi. Sebenarnya perasaan ingin mencoba ini baru muncul beberapa menit yang lalu, setelah dia mendapatkan formulir tersebut. Kalau tidak dicoba, maka kita tidak akan tahu hasilnya.

“Apa kalian mau mencoba menu cafe terbaruku?” tanya Jiyoung, yang memang memiliki sebuah cafe sebagai hadiah ulang tahunnya. Setelah Hara dan Gyuri terdiam beberapa detik, Jiyoung berkata: “Kumohon.” Dia memeluk lengan kanan Hara dan lengan kiri Gyuri, memohon seperti kebiasaannya, Jiyoung memang dikenal manis.

Hara dan Gyuri tidak bisa menolak keinginan Jiyoung. Mereka sampai di cafe tersebut dalam waktu beberapa belas menit, karena jaraknya tidak jauh dari Kirin.

Hara, Gyuri dan Jiyoung duduk di meja dekat pintu masuk. Mereka lelah setelah berjalan kaki begitu lama. Jiyoung pergi berlari menuju dapur untuk mengambil menu barunya. Hara dan Gyuri saling memandang. Mereka bisa mendengar percakapan segerombol remaja di ujung sana.


Hari sudah mulai siang. Eunhyuk, Minho, Onew, Krystal, dan Victoria memutuskan untuk bersantai di salah satu cafe terkenal di daerah itu. Mereka basah oleh keringat, habis menunggu antrian Kirin. Mereka memilih untuk duduk di pojok, tempat paling nyaman yang ada di cafe itu. Kalian bisa melihat langsung ke jalanan melalui kaca-kacanya dan melihat akar rambat menghiasi sekeliling jendela kaca besar itu.

Seorang pelayan datang menghampiri mereka untuk bertanya apa pesanan mereka. Eunhyuk menjawab dengan santai: “Lima menu baru. Papan tulis di depan menyebut-nyebut soal menu baru. Itu makanan atau minuman?”

“Menu baru kami adalah ‘Ice cream Frutty’, campuran es krim vanila dengan macam-macam potongan buah yang segar. Ditambah dengan saus stroberi dan crepes,” jawab si pelayan.

“Buat jadi empat. Aku alergi terhadap stoberi. Ganti jadi hot cappucino saja,” kata Krystal, menyesal tidak dapat menyicipi menu baru yang ada.

“Baik. Pesanan akan segera diantarkan. Mohon menunggu. Terima kasih banyak.” Kata si pelayan dan kemudian pergi ke balik pintu dapur.

“Kirin tidak akan menolak kalian semua. Aku khawatir apa yang kulakukan akan sia-sia saja,” kata Krystal, menopang dagu menggunakan tangan kirinya. Krystal tidak percaya diri. Dia selalu begitu.

Onew mencondongkan tubuh untuk memeluk lengannya di atas meja. “Hei, kita sudah latihan cukup lama. Mana mungkin kau ditolak. Percaya diri sedikit, dong. Kirin pasti mudah ditaklukan,” katanya.

“Ah, Kirin pasti mudah dilalui. Tes masuknya tes bakat, kan? Kalian pilih dance atau nyanyi?” tanya Eunhyuk, menyandarkan diri terlalu rendah ke kursinya, nyaris seperti dilahap kursi, karena tubuhnya terlalu rendah.

Minho dan Onew berpikir sejenak. Mereka juga sudah melatih kedua hal itu, tapi belum benar-benar berpikir untuk memilih yang mana. Victoria dan Krystal sudah mengetahui jawabannya. Selama ini mereka sudah berlatih memadukan suara, jadi mereka pikir pertanyaan ini tidak ditujukan kepada mereka.

Si pelayan sudah kembali dengan membawa pesanan mereka. Dia pergi setelah mengucapkan kata “Silahkan menikmati.” Di saat itu juga, lonceng pintu masuk berdenting. Minho melirik ke arah tiga gadis yang masuk itu, lalu membuang mukanya kembali.

“Ayahku salah satu orang yang mendanai showcase Kirin setiap tahun. Aku masih bisa melakukan sesuatu jika kita tidak berhasil,” kata Eunhyuk lagi.

Onew menatap ke belakang, ke arah gadis-gadis itu duduk. “Ngomong-ngomong, gadis-gadis di sana bawa formulir Kirin. Sepertinya mereka juga ingin ikut audisi.”

“Peduli apa? Apa kau butuh formulir tambahan?” tanya Eunhyuk.

Gadis-gadis itu sedang menelan es krim mereka dengan lahap. Rasa es krim yang lezat dan tekstur lembutnya sangat pas di mulut. Mereka sangat menyukainya dan tidak berhenti menyantapnya, sebelum akhirnya Eunhyuk menghampiri mereka dengan sangat berani.

“Kulihat kalian bawa formulir Kirin,” kata Eunhyuk.

Jiyoung yang tidak mau ketahuan sebagai pemilik cafe, diam dan tidak bersuara. Gyuri menatap Eunhyuk dengan tidak senang, sementara Hara membuang wajahnya dengan kesal. Dia tidak suka memulai pertengkaran. Gyuri bukan orang yang penyabar. Dia lebih suka melanjutkan pertengkaran dan memulai percekcokan.

“Apa yang kau mau?” tanya Gyuri dengan kasar.

Eunhyuk menjadi kesal. Dia merasa tertantang untuk melawan gadis di hadapannya itu. Walau dia seorang gadis, Eunhyuk tidak sungkan untuk melawannya.

“Kalian punya tiga. Berikan satu untukku.” Eunhyuk tersenyum jahat. Teman-temannya tidak berkutik di tempat duduk mereka. Onew, Minho, Victoria dan Krystal tidak pernah bisa menghentikan Eunhyuk melakukan sesuatu.

Gyuri naik pitam. Dia berdiri dan memukul meja dengan kedua tangannya. Hara dan Jiyoung masih tidak bergerak. Mereka lelah bertengkar. Jiyoung pun tidak mau siapapun mengetahui dirinya lah si pemilik cafe. Untung saja cafe sedang sepi.

“Yaaa! Kau pikir siapa dirimu? Antri saja sendiri di luar sana!” Gyuri berjalan menuju hadapan pria itu untuk menantangnya lebih jauh. Kalau Eunhyuk selalu mendapatkan apa yang dia inginkan, Gyuri tidak pernah mau dikalahkan.

“Gadis ini! Kau mau aku berkelahi denganmu? Aku memang pria, tapi aku tidak akan mengampuni siapapun yang mencegahku.”

“Ya, walaupun aku wanita, aku juga pintar berkelahi!”
Sebelum akhirnya mereka sempat menjambak rambut satu sama lain, Hara menepukkan formulirnya ke dada Eunhyuk dan mendorongnya menjauhi Gyuri. “Ambil saja, aku tidak benar-benar membutuhkannya.”

Hara mengambil tasnya dan dengan marah membanting pintu masuk saat dia melangkah ke luar cafe. Pelayan mengusir Eunhyuk dan teman-temannya atas perintah Jiyoung secara diam-diam.

“Aku selalu dapat yang aku mau,” kata Eunhyuk, menunjukkan formulir Hara ke hadapan teman-temannya di depan cafe.

“Aku mau melakukan sesuatu. Kalian pulang dulu saja.” Sebelum bisa bertanya kepada Minho, dia sudah pergi ke arah yang berbeda. Gadis tadi pasti masih ada di sekitar sini, pikir Minho.

Minho berusaha menemukan gadis yang tadi keluar dari cafe . Di setiap sudut, di sepanjang jalan, dia tidak menemukan sosok gadis berambut cokelat itu. Minho tidak mau berhenti mencarinya, sampai akhirnya dia menemukan gadis itu sedang berdiri di halte bus.

To be continued...

***********************************
Dream High Fan Fiction (Part 2)

Saturday, January 19, 2013

Hai lagi, readers! Chloe lagi bikin fan fiction baru, sayangnya masih dalam tahap pengetikan awal. Ceritanya sih udah Chloe tulis di kertas, tinggal diketik dan di post aja. Mohon menunggu fan fiction yang baru, ya :D Cerita 'True Dream' yang dibuat Charly juga akan ada lanjutannya! Tapi Chloe dan Charly sedang sibuuk :'( Kita lagi ditumpukin tugas SMA yang bener-bener bikin susah. Hemm, jadi para readers suka engga dengan fan fiction yang Chloe tulis belakangan ini?

Oh ya, Chloe sudah mengatur bagian "comments". Sekarang kalian yang anonymous atau kalian yang engga punya account blogger/google, sekarang kalian bisa bebas berkomentar :D Chloe masih menunggu komentar" kalian loh sampai saat ini. Hemm, tolong ya berikan pendapatmu!

Cerita Chloe engga akan jauh dari percintaan. Tema bulanan kali ini adalah "love doesn't always end up perfectly". Hemm, jadi yang lagi bermurung, coba baca fan fiction Chloe dan Charly, ya! Chloe akan tetap menggunakan tokoh" dari para Idols Korea. Yang mau dibuatin fan fiction dari novel atau film luar negeri juga boleh kok ;) tapi, karena sudah kebiasaan nge-post yang korea begini, rasanya aneh kalau harus post yang di luar korean kekeke

Selamat menikmati fan fiction yang sudah dibuat! Annyeong! xoxo

Wednesday, January 2, 2013

Princess Hours Fanfiction (Part 1)


Why I make this : Chloe kangen banget sama "Princess Hours"  Chloe itu salah satu fans berat komik "Goong" loh!
Attention : Ini hanya fanfiction yang Chloe buat. Semoga kalian menikmati ceritanya :)

“Jadi kamu pikir aku ini apaan? Kamu main pergi ke luar negri dan ninggalin aku begitu aja. Ada apa sih dengan kamu? Aku terjebak sendirian di dalam Istana, sementara kamu asik-asikan main di luar, kan tidak adil!” Chae-kyeong tidak bisa berhenti bicara dari sejam yang lalu. Menelepon Shin dan berkomentar mengenai kepergiannya ke luar negri, hanya itu yang Chae-kyeong pikirkan saat ini. Dia tidak tahu kalau mengomeli Shin akan terasa sangat menyenangkan. “Semuanya engga ngebiarin aku keluar dari kamar. Mereka ngurung aku kayak ngurung kelinci. Apa ini semua kamu yang suruh?”

Jauh di ujung sana, Shin tersenyum mendengar seluruh ocehan Chae-kyeong. Seperti biasa, Chae-kyeong selalu membuatnya merasa lucu. Dia selalu terhibur kalau Chae-kyeong sudah mulai bicara. “Bisakah kamu menjaga suara saat ini? Aku rasa semua pelayan di sekelilingku bisa mendengar apa yang sedang kita bicarakan.”

Chae-kyeong sudah terbiasa dengan sindiran Shin. Dia sedikit kesal, tapi dengan segenap hati mencoba menurunkan volume suaranya. “Kapan kamu pulang? Kalau engga ada kamu, aku engga dibolehin keluar. Mereka ngatur pola makan aku setiap hari. Ada apa sih sebenarnya? Engga satu pun dari mereka yang ngasih tahu aku, kenapa aku diperlakuin seperti ini? Rasanya aneh kalau setiap malam Omma mama datang untuk menemuiku.”

Shin duduk di atas sofa dengan letih. Dia menaikan kakinya ke atas sofa dan duduk dengan seenaknya. Ponsel di tangannya itu nyaris tergelincir sesekali dia menahan bobot tubuhnya untuk membetulkan posisi duduk. “Bukankah lebih baik begitu? Kau kesepian, bukan?”

“Bagaimana bisa nyaman? Omma mama bikin aku bingung dengan cerita tentang kamu masih kecil. Eh iya, ternyata kamu manis juga, ya waktu kecil. Aku engga nyangka kamu bisa ngelakuin hal manis kayak yang diceritain Omma mama.” Chae-kyeong duduk ke atas tempat tidurnya sebelum akhirnya dia bercerita lagi, “Dia cerita mulai dari awal kamu lahir. Aku suka sih dengerin ceritanya, tapi kamu tahu kan suasana aku dan dia selalu buruk. Aku engga nyaman dengan keformalan yang selalu ditunjukin Omma mama. Rasanya aneh banget.”

Omma mama engga cerita yang aneh-aneh, kan?” tanya Shin, merasa malu masa lalunya diketahui Chae-kyeong yang bermulut besar. “Kamu engga berusaha nyeritain apapun ke orang lain, kan?”
Batin Chae-kyeong tertawa, tapi dia tidak bisa melepasnya. “Aku belum sempat bilang ke siapapun, kok. Kamu tahu sendiri, sekarang aku lagi dijaga super ketat. Mereka bahkan ngawasin panggilan keluar dari ponselku. Aku harus minta ijin sebelum nelepon kamu. Jadi, mereka mau apaan sih? Kok tiba-tiba aku dijaga kayak tahanan?”

“Aku pun engga tahu apa yang mereka inginkan dari kamu, jadi lebih baik kamu jaga diri saja, ya. Kamu bilang beberapa hari ini kamu engga enak badan, kan?” Shin mulai tenang lagi. Awalnya dia hanya takut Chae-kyeong akan membesar-besarkan kisah masa kecilnya ke media. Dia tahu Chae-kyeong pandai mengarang cerita, jadi dia agak khawatir.

Chae-kyeong mengerut dan mulai bosan. “Sudah dulu ya, Shin. Aku harap kamu cepat pulang. Kira-kira kamu pulang berapa lama lagi?”
“Kalau tugasku sudah selesai, aku akan mengabarimu.” Sambungan pun terputus. Bukan Shin yang memutus sambungan teleponnya, melainkan Chae-kyeong. Dia menutup telepon begitu saja, membuat Shin sedikit kesal. “Anak ini,” geram Shin.

Chae-kyeong membanting ponselnya ke atas tempat tidur. Dia beranjak dari tempat tidur menuju pintu kamarnya, tapi ada dua pelayan yang berdiri di depannya. Bukan pelayan-pelayan kesayangannya, melainkan pelayan-pelayan yang tidak pernah dilihat Chae-kyeong selama dia pernah tinggal di dalam Istana. Chae-kyeong benar-benar merasa sedang dikurung. Ada apa sebenarnya?

“Apa aku tidak boleh keluar?” tanya Chae-kyeong, separuh memohon kepada pelayan-pelayan wanita itu.

“Maaf, Pi Koon mamaMama tidak boleh keluar dari kamar saat ini. Kondisi mama tidak memungkinkan untuk mengeluarkan energi berlebihan. Sebaiknya mama beristirahat saja di dalam kamar, mama,” jawab salah satu dari pelayan-pelayan itu.

Chae-kyeong mendengus. Dia sudah diperlakukan seperti ini sejak awal kepulangannya dari luar negri, tapi tidak seketat yang sekarang. Chae-kyeong masih sempat diijinkan keluar bersama Shin. Beberapa jam yang lalu, setelah Chae-kyeong tahu Shin sudah pergi ke luar negri, Chae-kyeong baru menyadari bahwa selama Shin tidak ada, dia selalu dikurung seperti ini. Pasti ada sesuatu. Kenapa? Apa karena perutnya terasa tidak enak dan dia mual-mual?

“Kondisi janin mama tidak akan baik kalau mama melakukan aktivitas berlebihan, mama.”
Ah! Chae-kyeong menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Jadi mereka pikir Chae-kyeong sedang hamil?

To be Continue..

**********************************************
Princess Hours (Part 2)

Fluttershy - Working In Background