Monday, March 18, 2013

Hai lagi, readers!
Apa kabar? Hari ini sekolah libur, jadi Chloe nyempetin mampir di blog. Sayangnya, mulai Kamis nanti, Chloe harus ujian Mid Semester Genap sampai Sabtu minggu depannya lagi. Well, padahal banyak cerita yang mau Chloe ketik, tapi apa boleh buat ya (^-^) Chloe mau berjuang keras buat ulangan kali ini.

Apa kalian tertarik dengan lanjutan FanFict Chloe dan Charly? Kita seneng banget loh bisa lanjutin dan post lagi ('u') Kita bakal post lebih banyak lagi setelah ujian selesai dan liburan yang banyak!

Semangat ya yang udah mau ujian atau yang udah mau ujian lulus sekolah. Chloe dan Charly doakan semoga ujian kita semua lancar!

xoxo, Chloe

Wednesday, March 6, 2013

Princess Hours Fanfiction (Part 2)




Seperti biasa, Chae-kyeong tidak melakukan apapun di dalam kamarnya. Sudah tiga hari Shin berada di luar negri dan tidak mengabarinya sedikit pun. Chae-kyeong juga tidak diijinkan menelepon Shin—karena menurut para dayang, itu hanya akan mengganggu kunjungannya dan waktu istirahatnya saja. Seharian ini yang dilakukan Chae-kyeong hanyalah menelepon Chae-jun dan menanyai kabar keluarganya. Ibunya bilang, dia akan segera berkunjung untuk melihat keadaan Chae-kyeong, tapi dari tadi ibunya belum sampai juga.

Chae-kyeong melamun di atas sofanya. Dia tidur sambil memeluk boneka beruang Shin. Rasanya dia ingin membakar Istana. Dia tidak suka diperlakukan seperti ini. Dia tahu, dia orang yang tidak bisa diam, dan bagi keluarga kerajaan hal ini akan mengganggu kehamilannya. Chae-kyeong tidak yakin bahwa dirinya sedang hamil. Dia memang merasa mual dan perutnya terasa tidak enak, tapi selama ini dia pikir semua ini hanya gejala tidak enak badan yang dialaminya.

Keluarga kerajaan sudah terlalu bahagia, padahal Chae-kyeong sendiri belum diperiksa oleh dokter manapun. Tidak ada yang berkunjung selain anggota kerajaan lainnya. Kemarin malam juga Omma mama datang untuk mengecek kesehatannya. Dia lagi-lagi bercerita tentang bayi Shin yang menggemaskan.

Chae-kyeong tidak bisa berpikir.

Tiba-tiba, Chae-kyeong mendengar suara pintu terbuka dan dia yakin itu adalah ibunya. Ternyata memang benar, itu ibu Chae-kyeong yang datang bersama Chae-jun.

Chae-kyeong langsung memeluk ibu dan adiknya. Dia merasa senang sekali. “Akhirnya kalian datang juga,” kata Chae-kyeong, melepas pelukannya.

“Hei, Pig. Pa’kabar?” kata Chae-jun, tersenyum usil.

Mereka duduk di atas sofa, sementara Chae-jun sedang berkeliling kamar Chae-kyeong dengan penuh antusias. Ibu Chae-kyeong terlihat sedang tidak bahagia. Hal ini membuat Chae-kyeong merasa sedih, karena ibunya pasti sedang dilanda masalah.

“Chae-kyeong-ah, apa kamu merasa tidak enak badan?” tanya ibu Chae-kyeong dengan tatapan tidak bersemangat. “Apa kau benar-benar sedang hamil?”

Chae-kyeong cemberut dan tidak tahu harus bilang apa. Dia pun tidak tahu sama sekali. Dia tidak merasakan apapun.

Ibu Chae-kyeong benar-benar terlihat khawatir. “Chae-kyeong, kamu ini masih sangat muda. Apa benar kau sedang hamil? Ibu tidak bisa percaya begitu saja, karena menjadi seorang ibu tidaklah mudah. Apalagi kamu masih sangat muda.”

“Omma, aku enggak ngerasain apapun di perutku. Aku cuma enggak enak badan, kok! Serius deh.” Chae-kyeong terlihat sangat lelah. Wajahnya begitu pucat, perutnya terasa tidak enak karena sesuatu sedang bergerak di dalamnya. Chae-kyeong yakin kalau yang bergerak itu adalah makanan.

“Lalu, kamu sudah bilang pada Putra Mahkota?” tanya ibunya lagi.

“Bukannya Omma senang aku sedang hamil? Ini calon putra mahkota yang diinginkan semua orang. Bukannya selama ini Omma selalu bersemangat?” Chae-kyeong tidak percaya ibunya malah tidak mendukung kehamilannya, karena dari sekian banyak orang yang bahagia, pastilah ibunya ini yang nomor satu.

Ibu Chae-kyeong mendesah dan memalingkan wajahnya. “Kamu ini,” katanya sambil memegang tangan Chae-kyeong, “saat ini yang kupikirkan adalah kondisimu. Kondisimu belakangan ini kan sangat buruk, tidak bagus untuk seorang ibu mengandung.”

Chae-kyeong tahu ada sesuatu yang tidak beres dengan ibunya. Pasti bukan alasan seperti itu yang membuat ibunya tidak bersemangat. “Omma, jujur saja lah. Aku tahu Omma lagi pusing. Bisa kan ceritakan sesuatu kepadaku?” Chae-kyeong mendadak serius. “Apa ayah berhutang lagi, ya?”

“Bukan! Keluarga kita sudah lebih dari berkecukupan.”

“Lalu apa? Aku sedang tidak bercanda, Omma. Katakan padaku apa yang sedang terjadi? Apa di luar sana orang-orang sedang berdemonstrasi karena berita kehamilan Putri Mahkota? Ya, begitu?”

“Lebih buruk dari itu, pig,” kata Chae-jun, berhenti di samping sofa tempat Chae-kyeong duduk. “Ini tentang Min Hyooo Rinnn.”

Chae-kyeong langsung berdebar-debar. Rasanya darah memuncak naik ke atas kepalanya. “Apa? Apa yang dilakukan wanita itu? Cepat katakan!”

“Beritanya sudah heboh—“ Chae-jun baru hendak melanjutkan, tapi ibunya telah menyekap mulutnya dengan kedua tangan.

“Omma, ceritakan padaku. Katakan apa yang terjadi di luar sana. Apa sih informasi yang engga aku ketahui? Aku ketinggalan cerita banget.” Chae-kyeong merasa sangat terkucilkan dari dunia. Hanya dia yang tidak tahu apa yang terjadi dan apa yang dikhawatirkan ibunya sendiri. Tidak ada yang ingin membagi cerita di luar sana selama dia dikurung dalam kamarnya.

“Chae-kyeong, kali ini kamu harus serius. Ini masalah yang sangaaaat serius.” Ibu Chae-kyeong tidak tahu harus memulai dari mana. Bagaimana cara mengatakannya? Dia pun tidak tahu.

“Min—min Hyo Rin!” kata Chae-jun, melepas mulutnya dari tangan ibunya. “Dia sedang mengandung anak Putra Mahkota!”

Seakan-akan dunia berhenti pada tempatnya berputar. Waktu berhenti tidak lama dari kata-kata itu melambung. Udara seakan dirampas begitu saja dari kerongkongan Chae-kyeong. Semuanya berubah gelap gulita. Tidak ada pikiran yang benar-benar ingin diingat Chae-kyeong saat ini. Dan rasanya dia sudah dilahap oleh kabut yang membawanya menjauhi daratan.


To Be Continued ...

**************************************************************
Princess Hours Fanfiction (Part 3)

Fluttershy - Working In Background