By: Charly
After a Long Time
Semua televisi sedang penuh dengan berita hangat. Berita heboh dan
menggetarkan dunia perusahaan Seoul. Seorang pemilik perusahaan Home & Fashion ditahan polisi karena
telah menggelapkan uang perusahaan untuk kehidupan pribadinya. Han Baek Joo
–pemilik perusahaan Home & Fashion- belum
memberikan komentar mengenai tuduhan yang diberikan padanya.
Han Baek Joo dikenal dengan kebijaksanaan dan kedermawanannya. Pria
sepertinya anti melakukan penggelapan uang. Apalagi dia dikenal sebagai orang
yang rasa keadilannya sangat tinggi. Apa benar dia telah menggelapkan uang? Itu
masih tanda tanya besar.
Di tempat lain…
Bel sekolah berbunyi. Murid-murid berjalan keluar menuju gerbang
sekolah. Lain halnya dengan Ji Min, ia menuju taman bermain sekolah. Ji Min
duduk di salah satu dari dua ayunan di taman itu. Seseorang berteriak memanggilnya
dari jauh, “Hei Han Ji Min!”. Ji Min menoleh ke arah suara itu. “Apa kau ingin
kembali ke masa Taman Kanak-Kanak?” tambahnya. Orang itu memakai seragam yang
sama dengan Ji Min. Dia menghampiri dan duduk disamping ayunan gadis yang
dipanggilnya tadi. Ji Min hanya tersenyum padanya.
“Apa yang sedang kau pikirkan?”
tanya Yoo Chun, teman Ji Min yang tadi menghapirinya. “Besok Unnie berulang tahun yang
ke 13. Apa yang harus aku berikan kepadanya, ya? Kau punya ide?” kata Ji Min. “Bagaimana
kalau kita belikan makanan dan makan bersama-sama?” tanya Yoo Chun. Ji Min
mengangguk tersenyum senang.
Yoo Chun tersenyum dan menarik tangan Ji Min. Dia membawa Ji Min ke
sebuah toko kado kenalannya. Toko itu menjual barang-barang unik dan bagus, pilihan yang tepat
untuk membeli sebuah kado. “Pilihlah barang-barang unik di toko ini untuk
kakakmu,” Yoo Chun tersenyum. Ji Min membalas senyumnya.
Setelah selesai membeli barang,
mereka keluar dari toko itu. Para wartawan langsung menghampiri dan
mengkerumuni Ji Min. Yoo Chun terdorong keluar dari kerumunan wartawan. Ji Min ditanyai
berbagai pertanyaan yang sama sekali tidak dimengerti oleh gadis yang baru
berumur 10 tahun itu. Dia ketakutan dan hanya menutup telinganya dengan kedua
tangannya.
Yoo Chun mencoba menerobos para
wartawan itu. Dia menarik tangan Ji Min dan berusaha keluar dari kerumunan itu.
Bungkusan yang dipegang Ji Min terjatuh karena ia terus berusaha keras untuk
keluar bersama Yoo Chun. Mereka terus berlari menghindari para wartawan.
Akhirnya mereka berhasil lolos dari kejaran para wartawan dan
bersembunyi di taman sekolah sampai wartawan-wartawan itu menyerah mencari
mereka. Ji Min hanya duduk menangis di atas ayunan tempat biasanya ia duduk.
Yoo Chun memegang kedua pundak Ji Min dan menatapnya. “Ji Min-ssi, jangan
menangis. Aku akan selalu ada di sampingmu. Jadi, kau jangan takut. Em?” Yoo Chun
berusaha menenangkannya. Ji Min hanya bergumam. Yoo Chun menghapus air mata Ji
Min dengan kedua tangannya.
Dua buah mobil datang ke taman
bermain itu. “Bukankah mereka pengawal-pengawal ayahmu?” tanya Ji Min. “Apa
yang mereka lakukan di sini?” geram Yoo Chun. Beberapa pengawal menghampiri mereka.
Pengawal-pengawal itu akan membawa Yoo Chun pulang. Tetapi dia menolaknya. Dia
masih ingin bersama temannya, Ji Min.
Pengawal-pengawal itu membawa paksa Yoo Chun. Dia berusaha keras
melepaskan pegangan para pengawal yang menariknya. “Hentikan! Kenapa kalian
memaksaku untuk pulang? Apa ini perintah Ayah?!” teriak Yoo Chun.
Ji Min berusaha membantunya,
tetapi dia terdorong hingga terjatuh ke tanah. Yoo Chun semakin berusaha keras
melepaskan kedua tangannya dari genggaman pengawal-pengawal. Dia tidak
berhasil. Tenanganya kalah dengan tenaga orang dewasa. Akhirnya ia dibawa pergi
oleh pengawal-pengawal itu. Yoo Chun hanya bisa berteriak memanggil Ji Min,
begitu pula dengan Ji Min yang hanya bisa berteriak memanggilnya.
***
Ji Min pulang ke rumahnya.
Kakaknya langsung memeluknya ketika ia baru masuk dari pintu depan rumahnya.
“Ji Min-ah.. Apa kau tidak apa-apa? Apa kau terluka?” tanya Han Ga In sambil
memeriksa seluruh tubuh adiknya. “Unnie, apa yang terjadi?” tanya Ji Min. Han
Ga In mengajak adiknya ke dalam kamarnya.
Dia menceritakan apa yang telah
terjadi. “Aboji.. Aboji dituduh menggelapkan uang perusahaan. Sekarang Aboji sedang di kantor
polisi untuk dimintai keterangan. Semua bukti mengarah padanya, sulit bagi Aboji untuk mengelaknya,”
tutur Ga In. “Aboji, dia tidak mungkin melakukan itu kan, Unnie?” Ji Min meneteskan
air matanya. “Tentu saja. Ayah pasti akan bebas dari tuduhannya,” Ga In memeluk
adiknya. Dia juga meneteskan air mata. Tidak ada yang bisa dilakukan oleh
seorang anak yang baru berumur 10 dan 13 tahun. Mereka berdua menangis bersama.
***
Seperti biasanya, setelah pulang
seolah Ji Min berada di taman bermain yang terletak di belakang sekolahnya. Dia
menatap langit. Kau kemana? Sudah dua
minggu tidak masuk sekolah. Aku merindukanmu, Yoo Chun-ssi.
***
16 tahun
kemudian..
Sebuah pesawat dari New York ke
Seoul baru saja tiba. “Ahh.. Akhirnya kita tiba di Seoul,” kata Eun Hye yang
kemudian menoleh ke pria di sebelahnya. Pria itu hanya tersenyum padanya. “Aku
ingin mengajakmu bertemu seseorang,” Eun Hye merangkul tangan pria itu.
“Mianhae, tapi aku ada janji dengan seseorang,” kata pria itu. Eun Hye
memanyunkan bibirnya. “Baiklah, tidak apa-apa,” Eun Hye tersenyum dan kemudian
mereka naik taksi yang berbeda.
Pria itu sampai di tempat
tujuannya. Sebuah taman bermain yang sedikit mengalami perubahan dari terakhir
dia lihat. Sekarang terlihat lebih modern. Dia duduk di salah satu ayunan dari
dua ayunan. “Terasa lebih sempit dari yang terakhir aku duduki,” dia tersenyum
gembira karena selama 16 tahun lamanya tidak bisa datang ke taman bermain
sekolahnya dulu. Aku datang, Ji Min-ssi.
Di Jinan..
“Terima Kasih. Datanglah lagi
jika kalian ingin berkunjung,” kata seorang gadis yang menundukan kepalanya
dengan sopan sambil tertawa ceria di hadapan para pengunjung asing. “Han Ji Min!” teriak
seorang gadis. Ji Min menoleh ke belakang. “A, Eun Hye-ah,” Ji Min menghampiri
temannya. Eun Hye memegang tangan Ji Min, “Bagaimana kabarmu? Sekarang kau bekerja sebagai
pemandu wisata?” Ji Min menjawab, “Em, seperti yang kau lihat, aku sangat baik.
Bagaimana denganmu?” Eun Hye menegakkan badannya. “Seperti yang kau lihat, aku
sangat baik,” katanya. Mereka tertawa.
Eun Hye adalah teman akrab Ji
Min. Mereka satu sekolah saat mereka duduk di bangku
Sekolah Menengah Atas. Eun Hye pindah ke Amerika, tepatnya ke kota New York,
pada saat ia berumur 20 tahun. Dia kuliah di sana, dan saat itulah ia
bertemu dan mengenal Yoo Chun.
“Dimana Ga In unnie? Aku ingin
bertemu dengannya,” kata Eun Hye sambil merangkul lengan Ji Min. “Aku akan
mengantarkanmu padanya,” jawab Ji Min. “Pekerjaanmu sudah selesai? Aku akan
menunggu sampai pekerjaanmu selesai,” tutur Eun Hye. “Aku sudah menyelesaikan
pekerjaanku. Aku akan minta pada bos untuk pulang lebih awal,” Ji Min tersenyum
senang. “Baiklah.” Mereka berjalan bersama.
***
Seorang pria dengan pakaian yang
mencurigakan sedang duduk di sebuah café yang terkenal bagus kualitasnya. Pria
itu meneguk kopi hangat sambil melirik ke pintu depan café tersebut. Topi
hitam, kacamata hitam, jas hitam, kemeja abu-abu, celana jeans hitam, dan
sepatu hitam. Berpenampilan seperti seorang detektif yang misterius.
Pintu café itu terbuka. Pria itu
langsung mengangkat tangannya ke atas seperti layaknya memberi kode. Orang yang
baru masuk ke café tersebut menghampirinya. “Omo! Kau ini seorang mata-mata, ya?”
kata Yoo Chun (orang yang menghampiri pria itu) dan kemudian tertawa.
“Diamlah! Seseorang bisa
mengenaliku,” pria itu menarik tangan Yoo Chun dan menyuruhnya cepat duduk.
“Aku seperti ini kan karena ingin bertemu denganmu, hyung,” lanjut pria itu.
“Tapi tidak berlebihan seperti ini kan?” Yoo Chun menahan tawanya. “Lepaskan
topi dan kacamatamu!” perintahnya. Pria itu menuruti kata-kata hyung-nya.
Dia memeluk Yoo Chun dan
berkata, “Hyuuung.. Aku sangat merindukanmu.” Hampir seluruh orang yang berada
di café itu menatap mereka. “Ya! Ini sangat memalukan. Orang lain bisa
mengenalimu,” ucap Yoo Chun. Ia melepaskan pelukan temannya itu. Pria itu
kembali duduk di tempatnya.
“Bagaimana hubunganmu dengan Eun
Hye noona?” tanya Soo Hyun, pria yang tadi berpenampilan misterius. “Berjalan
baik,” jawabnya. “Baguslah,” ucap Soo Hyun sambil meminum kopinya lagi. Yoo
Chun juga memesan kopi yang sama. Mereka bercakap-cakap seperti layaknya teman
lama bertemu kembali. Dan itulah kenyataannya.
Setelah itu, Soo Hyun mengajak
hyung-nya ke suatu tempat. Ia akan memperkenalkan seseorang yang ia nilai gadis
yang banyak bicara dan galak. Tetapi bagi Soo Hyun itu hanya penampilan luarnya
saja. Ia yakin bahwa gadis itu baik hati dan sangat manis.
KSH’s Style itulah tempat yang mereka tuju. “Kim Soo Hyun’s Stlye?”
tanya Yoo Chun. Soo Hyun mengangguk dan berkata, “Ini adalah ruangan khusus untuk
pakaianku. Dan kau akan segera bertemu dengan gadis yang kuceritakan itu.”
Han Ga In muncul di belakang Soo
Hyun dan membuatnya terkejut. “Mengejutkan saja!” tutur Soo Hyun. “Siapa dia?”
tanya Ga In. Soo Hyun belum sempat menjawab, seseorang datang ke ruangan
pakaiannya. “Yoo Chun-ssi? Kau ada di sini?” kata Eun Hye yang baru saja datang bersama
Ji Min. “Kebetulan sekali!” tambahnya. Eun Hye merangkul lengan Yoo Chun dan
berkata, “Nah, akan kuperkenalkan. Dia adalah kekasihku, namanya Park Yoo
Chun.”
Ji Min dan Ga In menoleh ke arah Yoo Chun. “Yoo Chun-ssi, ini adalah
Han Ji Min, teman SMAku. Yang ini kakaknya, namanya Han Ga In,” Eun Hye
memperkenalkan mereka dengan gembira. Han
Ji Min? batin Yoo Chun. Park Yoo
Chun? batin Ji Min. Mereka berdua saling menatap.
(to
be continued..)