Wednesday, April 3, 2013

True Dream - Kim Shang Bum & Kim So Eun Fan Fiction (Part 4)




Writer: Charly
True Dream
                Kim Bum pingsan dan tergeletak di atas jalan. So Eun panik dan segera minta pertolongan pada keluarga Kim. Dengan cepat, mereka membawa Kim Bum ke rumah sakit. Apa yang terjadi dengannya? Mengapa tiba-tiba oppa pingsan? Sebelum itu keadaannya masih baik-baik saja seperti biasanya. So Eun menangis melihat wajah Kim Bum yang pucat dan tak berdaya juga khawatir sesuatu yang buruk akan terjadi padanya. Kenapa kau seperti ini? Bangunlah oppa.. Air mata So Eun mengalir dengan deras.

                Sesampainya di rumah sakit, Kim Bum segera ditangani oleh dokter pribadinya. Dokter pribadi? Itu sempat membuat So Eun bingung, tetapi dia tidak mau memikirkan hal itu dulu. Dia hanya memikirkan keadaan Kim Bum yang saat ini sedang berada di ruang ICU.

                Keluarga Kim terlihat sedih. Nyonya Kim juga tidak tega melihat So Eun yang tidak mengatahui apa-apa. “Ahjuma, sebenarnya apa yang terjadi dengannya? Kenapa dia tiba-tiba pingsan di depanku?” tanya So Eun dengan suara tersedu-sedu. “Lalu.. Apa maksudnya dengan dokter pribadi? Apa dia sering pingsan seperti ini?” lanjutnya. Nyonya Kim menggenggam tangan So Eun dan mengajaknya ke taman rumah sakit.

                “Duduk dan tenanglah, aku akan menjelaskan semuanya.” Nyonya Kim mulai bercerita.

               “So Eun, memang sudah seharusnya ahjuma menceritakan yang sebenarnya. Apa kau ingat, dulu saat Kim Bum dan kau berusia 6 tahun, kami pindah rumah ke Seoul bukan?” tanya nyonya Kim.

                “Ne.. aku ingat,” jawab So Eun.

                “Saat di perjalanan menuju Seoul, mobil yang kami naiki mengalami kecelakaan.”

                “Ke.. Kecelakaan?”

           “Kami semua selamat. Tetapi.. Kim Bum mengalami luka yang cukup parah di kepalanya. Dia terlempar keluar mobil dan kepalanya terbentur keras ke jalan.”

                “Apa?” So Eun terkejut. Dia tidak percaya dengan apa yang baru didengarnya.

             “Akibatnya, dia sering merasa sakit di kepalanya. Maka itu, dia harus terus check-up ke dokter untuk meringankan rasa sakitnya. Dokter berkata, semakin lama dia dapat melupakan hal-hal dalam hidupnya. Dia bisa lupa pada diriku juga padamu, So Eun-ah. Tidak dapat disebut sebagai amnesia, karena dampaknya baru dirasakannya akhir-akhir ini. Maka itu, bantulah dia agar tidak kehilangan ingatannya.” Nyonya Kim tidak dapat menahannya, air matanya pun mengalir deras. Begitu pun dengan So Eun.

             “Hei.. Jika suatu saat aku akan melupakan semua hal, ada satu hal yang tak ingin kulupakan dan aku tidak akan pernah melupakannya. Kau tahu apa itu?”
                “Aku tidak tahu. Memangnya apa hal yang tidak ingin kau lupakan itu?”
                “Kau.. Hal yang tidak ingin kulupakan adalah kau. Walau aku lupa dengan semuanya, tapi aku tidak akan pernah lupa kalau aku pernah mengenalmu.”

                Oppa, kenapa kau tidak menceritakan hal ini padaku? Kenapa? So Eun memandang Kim Bum dari luar kaca ruang ICU yang transparan.


***

Seminggu kemudian…


                So Eun datang ke rumah sakit untuk bertemu oppa-nya yang sampai saat itu belum tersadarkan dari tidurnya. Wajahnya sangat bahagia. Saat membuka pintu kamar tempat Kim Bum dirawat, ia langsung menjatuhkan keranjang buah dan berlari menuju ruang dokter. Dokter Park (dokter pribadi Kim Bum) mengatakan bahwa Kim Bum telah dikirim ke salah satu rumah sakit di Amerika.

                “Keluarga Kim telah memindahkannya ke Amerika. Mereka memutuskan untuk membuka lembar baru untuk anak laki-lakinya,” kata dokter Park. “Apa maksud anda? Membuka lembar baru?” tanya So Eun dengan wajah paniknya. “Kim Bum-ssi, dia tidak bisa mengingat siapa-siapa. Tengah malam ia tersadar dari tidur lamanya. Dia tidak mengingat siapa pun. Kami, para dokter tidak bisa melakukan apa-apa. Lalu keluarga Kim segera memutuskan membawanya ke Amerika untuk memulai kehidupan Kim Bum yang baru,” jelas dokter Park.

                Mendengar penjelasan dokter Park, So Eun keluar dari rumah sakit dengan wajah murung, seolah telah kehilangan sesuatu yang berharga baginya.

           So Eun mengeluarkan selembar kertas dari dalam tasnya. Oppa, kenapa kau jahat padaku? Kenapa kau harus pergi meninggalkanku sebelum aku sempat memberitahukan hal ini padamu. Air matanya tidak dapat berhenti mengalir dan terus menangis sepanjang jalan. Dia tidak tahu arah jalan yang ia tuju. Langkah demi langkah ia berjalan tanpa mengetahui ada seseorang yang sudah cukup lama mengikutinya dari belakang. Orang itu adalah Jung Il Woo. Jangan seperti ini, So Eun-ah. Harusnya kau tersenyum bahagia, bukan menangis sepanjang jalan seperti ini.


***


Dua tahun kemudian..

                “So Eun-ah! Bagaimana kabarmu disana? Bogosipho..”

                “Min Ah eonni.. Aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu? Nol bogosipdago, eonni.

             “Aku baik-baik saja. Kau tahu, aku sangat bosan dengan dua pria disampingku. Mereka sama sekali tidak mengasikkan. Apalagi Il Woo oppa, dia terlihat lebih diam. Mungkin dia merasa kehilanganmu,” bisik Min Ah di telepon.

                Lee Seung Gi merebut ponsel Min Ah dari genggamannya.

               “So Eun-ah, cepat lah kau kembali. Lihatlah eonni-mu ini. Dia ini menjadi lebih galak jika tidak ada kau.”

                “Yaaa!” teriak Min Ah dan memukul kekasihnya itu.

                So Eun hanya tertawa. Dia juga sangat merindukan saat-saat dimana ia berada bersama mereka. Sebuah suara menghentikan lamunannya.

                “So Eun-ah? Hei, Kim So Eun?”

                “Il Woo oppa?

                “Kapan kau pulang? Dua tahun kita tidak bertemu. Cepatlah pulang! Apa kau tidak merindukan kami?”

                 “Mianhae, oppa. Ada hal yang masih ingin aku kerjakan di sini.”

          “Sepertinya kau lebih suka tinggal di sana. Apa ada pria tampan di sana? Jangan-jangan kau manfaatkan beasiswa belajar melukismu di Amerika untuk mencari seorang bule tampan?”

                 “Oppa!”

                 “Aku hanya bercanda. Bagaimana belajar di sana?”

                “Di sini menyenangkan, aku sangat nyaman belajar di sini. Kemampuan melukisku pun meningkat.”

                “Benarkah? Kau memang hebat!”

                “Gomawo.”

                 “Kau merasa kesepian?”

                “Mm,” gumam So Eun.

                “Cepatlah pulang. Segera selesaikan urusanmu. Oke?”

                “Oke.”

                 “Jagalah dirimu dengan baik! Kau harus selalu sehat.”

                “Ne, oppa.”

                “Baiklah, aku harus mengurus dua orang yang sedang bertengkar dibelakangku.”

                 “Ne, annyeong.”

                “So Eun-ah..” panggil Il Woo sebelum mereka mengakhiri pembicaraan.

                “Mm?” gumam So Eun lagi.

                “Bogosipho..”

                “Bogosipho, oppa.”

         Mereka mengakhiri pembicaraanya. Kau masih mencarinya So Eun-ah. Kau belum bisa melupakannya. Seseorang memegang pundak Il Woo. “Oppa, kau mengakhiri pembicaraan dengan So Eun?” tanya Min Ah. Il Woo mengangguk. “Yaaa! Kenapa kau tutup telephone-nya? Aku masih ingin berbicara dengannya!” Min Ah memukul pundak Il Woo. “Kau ini.. Memangnya hanya kau yang ingin berbicara dengan So Eun? Hah?” sambung Seung Gi. “Ahh.. Kalian ini!” teriak Il Woo yang membuat kedua temannya itu saling menatap heran. “Mungkin ini salah kita,” bisik Seung Gi.

                   “So Eun-ah, jika suatu saat aku akan pergi lagi, apa yang akan kau lakukan?”
                   “Aku akan mencarimu
.
                   “Benarkah? Bagaimana kalau aku pergi jauh?”
                   “Aku akan berusaha
sampai bisa menemukanmu.”
                  
“Apa kau sanggup?”
                   Tentu saja.
       “Jika kau berhasil menemukanku, bawalah serangkai bunga yang menjadi tanda pertemuan kita.”
                   “Kenapa harus membawa serangkai bunga?”
       “Sebagai tanda selamat bertemu kembali. Itu adalah sambutan yang hangat, bukan? Jika kau membawa serangkaian bunga itu, artinya kau bersungguh-sungguh mencariku.”
       “Oppa, kau ini seorang pria. Kenapa menyukai bunga?”
       “Karena aku penasaran bagaimana rasanya seorang pria diberi serangkai bunga dari seorang wanita.”

                  Oppa, selama dua tahun aku selalu membawa serangkai bunga. Aku yakin suatu saat kita akan bertemu. Aku tidak akan menyerah mencarimu. Sebelum aku menemukanmu, aku tidak ingin pulang ke Seoul. So Eun bangkit dari duduknya. Serangkaian bunga digenggamannya. Ya, selama dua tahun ini ia selalu membawa serangkai bunga kemana pun ia pergi pada waktu luang.

               Dia berjalan-jalan di sekitar taman. Kakinya terhenti saat dia melihat sosok pria yang ia kenal. Oppa? Apa itu kau? So Eun berlari mendekati pria itu. “Oppa? Kim Bum oppa?” So Eun menarik tangan pria itu dari belakang. “Ini benar-benar kau. Akhirnya aku bisa menemukanmu. Aku berhasil, oppa!” So Eun tersenyum bahagia dengan mata yang berlinang-linang namun menahan air matanya yang akan jatuh mengalir. “Kau kenal aku?” tanya pria itu.


(to be continued)

************************

True Dream (Part 5)

4 comments:

  1. anyeong author, aku reader baru di sini :D
    huaaa seneng bgt nemu lg blog yg ada ff bumsso nya :D
    ceritanya seru thorrrr sedih bgt kim bum lupa ingatan huhu. jgn sad ending ya thor T.T
    ceritanya kurang panjang sih hehe tapi tetep daebak! :D
    ditunggu next partnya ya thor jgn lama2 hehe. hwaiting!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Annyeong! Terima kasih ya sudah membaca Fanfiction Chloe dan Charly (^^)
      Lanjutannya bakal diselesaiin secepatnya hehe
      Tolong menunggu. Hwaiting! (9^u^)9

      Delete
  2. wuahhh...
    daebakk

    ehhh sebelumnya ak reader baru d sni...

    suka deeh sma critanya
    pokoknya kalo kim bum oppa sma so eun eounni yang maenn ak suka (glodakkk.....maaf yee)

    d tunggu lanjutannya..
    heheheheheehehehe

    ReplyDelete
  3. huaaa.... sedihnya... bumpa gk kenal ma sso... lanjut chingu

    ReplyDelete


Fluttershy - Working In Background