Sunday, May 26, 2013

Dream High Fan Fiction (Part 2)




Writer : Chloe
Characters : Goo Hara, Choi Minho, Lee Eunhyuk, Krystal Jung, Victoria Song, Onew, Park Gyuri, Kang Jiyoung


Hara benar-benar tidak suka pertengkaran. Dia lebih suka menyerah saja daripada seseorang terluka. Hara terus berjalan di sepanjang jalan menuju halte bus terdekat. Bahkan di kondisi begini, dia tidak bisa menemukan halte bus yang sudah sering dia gunakan untuk menunggu. Akhirnya dia menemukannya beberapa menit kemudian dan memilih untuk berdiri, membiarkan nenek yang baru saja sampai di halte bus duduk sambil menunggu bus datang.

Hara menundukkan wajahnya, menunggu dalam lamunan. Dia suka berpikir, menjernihkan pikiran dan membayangkan sesuatu. Tapi lamunannya itu buyar ketika sebuah kertas tersodor di hadapannya, membuat dia terkejut dan langsung mengangkat wajahnya. Dia sedang menatap seorang pria, yang dia lihat di dalam cafe tadi.

“Ambil lah,” kata pria itu.

Hara tidak berkutik. Orang ini memberikan formulir Kirin miliknya untuk Hara. Kenapa dia begitu baik? Padahal mereka tidak saling mengenal, dan apa pedulinya orang ini kepada seorang gadis yang baru dijumpanya beberapa menit yang lalu?

“Kau simpan saja. Aku tidak terlalu berminat untuk ikut seleksi,” kata Hara, tidak berani menatap mata pria yang sedang tersenyum itu.

Pria itu tetap bersih-keras memberikan formulirnya. “Kau harus ikut seleksi. Aku bisa mendapatkan formulir yang Eunhyuk ambil darimu. Jadi tenang saja.”

Akhirnya Hara memberanikan diri untuk mengambil formulir itu dari tangan pria tidak dikenal.

“Terima kasih,” kata Hara, tidak menunjukkan ekspresi apapun. Pria itu tersenyum dan mengembangkannya dengan manis.
Akhirnya pria itu berbalik untuk pergi ke arah dia datang, tapi baru sedikit berjalan, pria itu berbalik dan berkata, “Sampai ketemu di hari seleksi.” Hara pun tenggelam dalam kata-katanya.
***
“Kirin?” Ayah Hara tersentak kaget, membuat piring-piring di atas meja bergoyang. Hara dan kakaknya, Dongho, kehilangan selera makan dalam sekejab. Dongho ingin menyalahkan Hara atas keadaan ayahnya saat ini, tapi apa boleh buat, dia selalu berada di pihak Hara dibandingkan ke ayahnya.

Setelah menaruh sarung tangan tahan panas, ibu mereka ikut bergabung di meja makan. Dengan penuh semangat, dia mengambil sumpit dan mulai menyumpiti daging-daging panggang. “Aku sudah setuju. Saat muda aku juga cinta musik, jadi kupikir Hara mewarisinya.”

“Kau menyetujuinya? Sudah kubilang, kan, aku mau mereka—“

“Hara seorang gadis. Biarkan anak perempuanku mirip denganku,” kata ibu mereka sambil menyumpiti nasi.

Hara dan Dongho sudah mulai menggerakkan tangan mereka yang kaku total. Ayah mereka terlihat geram, tapi tidak seseram saat Dongho minta dibelikan mobil baru.

“Anak laki-laki seperti ayah dan anak perempuan seperti ibu. Aku juga lebih suka anak perempuan yang menjadi seniman.” Ibu Hara mengedip tersenyum ke arah putrinya itu. Hara juga membalasnya dengan senyuman dan kikikan dalam hati.

“Tapi, tabungan hidup di Amerika kita—masa kita gunakan untuk—ah, sudahlah,” kata ayah mereka terbata-bata. “Baiklah. Gaji Ayah juga cukup besar. Jadi kita bisa menabung ulang. Ayah akan membiayaimu, Hara.”

Hara memekik kaget. Formulir di kamarnya kali ini tidaklah sia-sia. Formulir yang sudah diisinya sepenuh hati akan segera kembali ke pemiliknya, ke tempat dia akan memulai hal baru.

***

Latihan vokal, tarik nafas, olah raga, itulah yang dilakukan oleh semua peserta seleksi beberapa hari ini. Saat ini, hari sudah menggelap. Ini malam yang sangat mendebarkan, karena besok adalah hari Kamis dan itu artinya seleksi akan dilaksanakan.

Waktu mengembalikan formulir, Hara tidak bertemu dengan kelompok remaja waktu itu. Untung saja, kalau tidak dia pasti sudah gila.

Hara sedang menunggu pagi di atas tempat tidurnya. Matanya terpejam, walaupun dia tidak bisa tidur. Jiyoung dan Gyuri masih berlatih di rumah mereka masing-masing. Mereka ingin mendapatkan hasil terbaik dan pujian dari pemilik sekolah. Sepanjang hari Minho tertidur di kamar Onew, sementara Onew sendiri sedang latihan dance. Onew sudah memaksa Minho bangun berulang kali, tapi percuma saja. Sementara Eunhyuk, Krystal, dan Victoria, mereka berlatih seharian penuh.

Pagi yang baru sudah tiba. Kirin sudah ramai dikunjungi peserta. Beberapa peserta mengundurkan diri karena tidak percaya pada kemampuan mereka. Yang bertahan sedang menunggu giliran di sebuah ruangan, yang tersambung langsung dengan ruang seleksi.

Beberapa peserta telah tampil dan kebanyakan dari mereka gagal total. Hal ini membuat peserta yang lain cemas dan gugup. Mereka tidak bisa menghilangkan pikiran pesimis mereka.

Gyuri dan Jiyoung menggunakan mini dress serasih berwarna putih. Mereka akan bernyanyi duet. Hara sendiri tidak menggunakan sesuatu yang istimewa dan tidak mewah. Dia menggunakan cardigan, kaos, dan rok yang sudah menjadi pakainnya sehari-hari. Mereka semua sedang menunggu giliran di salah satu kursi tunggu, sambil menyaksikan penampilan peserta lain lewat televisi yang terpasang. Di ujung sana, mereka dapat melihat jelas kelompok remaja di cafe Sabtu lalu.

“Peserta nomor 73, Lee Eunhyuk,” kata suara di speaker.

Pria galak di cafe waktu itu keluar dari gerombolannya. Dia menggunakan sebuah topi klasik hitam. Jadi dia bernama Eunhyuk?

Jiyoung, Gyuri, dan Hara menyaksikan kebolehan pria itu bernyanyi. Dia menyanyikan lagu ‘It has to be You’ dari Yesung. Lagu ini benar-benar menyayat hati, dan Eunhyuk menyanyikannya dengan sempurna. Penampilan klasiknya, suaranya, penghayatannya mampu membuat seisi ruang tunggu merasakan inti dari lagunya. Para juri pun terpukau. Juri-juri tersebut adalah : Guru pria berperawakan galak, guru wanita pembagi formulir, pemilik sekolah, dan seorang guru yang tak pernah kelihatan sebelumnya.

“Astaga, dia berhasil,” kata Gyuri, setelah juri bilang bahwa dia diterima. Saat itu juga, Eunhyuk berlarian masuk dan tertawa kepada teman-temannya. Mereka saling peluk dan tersenyum dengan riang.

“Peserta nomor 74 dan 75, Onew dan Choi Minho.”

Hara memperhatikan pria yang waktu itu memberinya formulir. Pria itu menuju ruang seleksi bersama temannya. Jadi, dia bernama Onew? Oh, bukan. Apa mungkin namanya Minho?

Kedua pria itu melakukan dance sambil bernyanyi, yang akhirnya memukau. Suara mereka tidak pecah dan mereka hebat. Hara baru sadar, ini lagu ‘Catch Me’ dari TVSQ. Mereka melakukan gerakan yang sama. Pria waktu itu juga terlihat sangat hebat. Dia menari bersama irama. Juri-juri mengatakan ya, dan mereka kembali masuk sambil berteriak.

Sekarang sudah akhir dari penampilan peserta ke-101. Dua wanita dari gerombolan itu belum tampil juga, jadi ketiga pria itu masih duduk di sana.

“Peserta nomor 102 dan 103, Park Gyuri dan Kang Jiyoung.”

Gyuri dan Jiyoung bangkit dari tempat duduk mereka. Mereka bertiga berpelukan. “Hwaiting!” kata Hara, menyemangati dengan perasaan berdebar. Gyuri dan Jiyoung pun meninggalkan Hara sendirian bersama tawaan Eunhyuk dan teman-temannya.

Tidak disangka, ternyata Minho mencuri pandang ke arah Hara. Gadis itu tidak terlihat menyiapkan apapun. Pakaiannya biasa saja, tubuhnya masih terlihat kecil walau tinggi. Sepertinya dia memang tidak berminat.

Gyuri dan Jiyoung menyanyikan lagu ‘Only One’ dari Boa. Perpaduan suara mereka tidaklah buruk, tapi tidak juga sempurna. Terjadi sedikit kesalahan, tapi alhasil mereka diterima. Mereka kembali dengan gembira, memeluk Hara sekuat tenaga.

“Tidak terlalu bagus,” kata Eunhyuk, berusaha untuk bicara dengan keras. Gyuri dan Jiyoung membiarkannya. Mereka sudah cukup senang.

“Peserta nomor 104, Goo Hara.”

Hara menyiapkan dirinya. Dia sudah cukup percaya diri sekarang. Minho memperhatikan Hara berjalan menuju ruang seleksi. Jadi gadis itu bernama Hara? Nama yang bagus, pikirnya.

Juri bertanya dia akan menyanyikan lagi apa. Hara pun menjawab, “Should I Confess dari Soyu SISTAR.”

Hara memulai nada awalnya dengan sempurna. Dia sendiri tenggelam ke dalam alunan musik yang menyayat hati. Orang-orang mendengarkan dengan penuh perhatian. Semuanya hening. Saat Hara mulai menghayati lagunya, dia tenggelam terlalu dalam, hingga akhirnya dia meneteskan air mata. Guru perempuan yang duduk sebagai juri pun ikut menangis. Minho memperhatikan Hara lewat televisi. Untung dia memberikan formulirnya, kalau tidak gadis itu pasti menyesal. Suaranya merdu dan penghayatannya bagus.

Hara telah mengakhiri lagunya dan mengusap air mata di pipinya. Juri-juri tersenyum ke arahnya. Mungkin ini pertanda baik.

“Penghayatanmu itu luar biasa. Aku suka,” kata si guru perempuan.

“Aku menghargai penampilanmu,” kata si guru galak.

“Kau diterima, Nona Goo Hara,” kata sang pemilik sekolah.

Hara kembali dengan tenang ke dalam ruang tunggu. Jiyoung dan Gyuri memeluk Hara dengan gembira. Orang-orang di sekitar mereka masih memperhatikan Hara, begitu juga gerombolan remaja di ujung sana. Minho menyembunyikan senyum yang ingin dibentuknya, menganggap dirinya sendiri memang hebat. Tanpa dirinya, gadis bernama Hara itu tidak mungkin jadi begini. “Jadi namanya Goo Hara,” kata Minho dalam bisikan yang hanya dapat didengarnya sendiri.

To be Continue....

Thursday, May 23, 2013

Princess Hours Fan Fiction (Part 3)



Writer : Chloe 
Attention : Ini hanya fanfiction yang Chloe buat. Semoga kalian menikmati ceritanya :)


Sudah dua hari penuh Chae-kyeong tidak berselera makan. Dia terbaring di atas tempat tidurnya seperti nenek-nenek tua yang sedang menunggu ajalnya tiba. Menurut Chae-kyeong apa yang sedang dilakukannya tidaklah berbeda dengan menunggu ajal. Dia tidak punya semangat lagi untuk bangun dan bicara. Walau sesekali Wang Hoo mama (Ibu Shin) datang untuk menengok keadaannya yang semakin lama memburuk, Chae-kyeong tetap tidak mengijinkan siapapun menyentuhnya saat ini.

Para dayang bersihkeras ingin masuk, tapi berulang kali Chae-kyeong berteriak dan mengusir mereka dengan melempar barang ke pintu. Chae-kyeong benar-benar sedang kacau. Dia nyaris gila.

“Shin akan membayar semuanya,” katanya di dalam hati.

Chae-kyeong sering tidur. Dia jadi semakin giat untuk tidur dan membenamkan semua kekacauan dan isi hatinya. Kadang-kadang dia suka menangis di dalam tidurnya.

Hari ini harusnya Shin pulang ke Korea. Dia berencana membeberkan semua gosip buruk yang beredar belakangan ini kepada Chae-kyeong. Tapi rencananya gagal setelah mendapat telepon pribadi dari Putri Hye-myung, kakaknya. Shin kaget. Dia benar-benar tidak menduga Chae-kyeong akan mengalami kondisi buruk seperti ini. Dia memutuskan untuk pulang lebih pagi dan sampai di Korea pada siang harinya.

Sekarang sudah siang, dan Chae-kyeong sedang duduk di atas tempat tidur sambil memegang ponselnya. Dia ingin bicara. Dia ingin mengatakan sesuatu kepada orang lain. Dia letih dan ingin semuanya cepat berakhir. Jadi dia memutuskan untuk menelepon Lee Kang-hyun, teman SMA-nya yang paling bijaksana.

“Yoboseyo,” sapa Kang-hyun.

“Yoboseyo. Apa kau sedang sibuk?” Chae-kyeong tidak mengeluarkan semangat seperti biasanya.

“Ada apa, Chae-kyeong? Kau bukan Shin Chae-kyeong, ya?”

“Aku harus bagaimana?” Chae-kyeong memulai kesedihannya. “Aku tahu kamu pasti ngerti apa yang aku maksud. Jangan coba sembunyiin apapun sama aku. Kamu bukan orang yang sama kayak orang-orang kerajaan, bukan begitu?”

“Aku lagi di dalam bus. Kita bisik-bisik saja, ya? Aku takut orang-orang di sampingku menguping.”

“Lee Kang-hyun. Aku mau kamu serius dan engga nyembunyiin apapun. Aku capek dibuat begini terus sama Shin. Dia pikir aku ini barang yang bisa ditukar—atau mungkin dia memang mau menukar aku dengan Hyo-rin?” Chae-kyeong mengelap hidungnya dengan tisue dan kembali bicara, “Setelah lulus sekolah Shin jadi semakin perhatian, tapi apa benar dia tidak bisa melupakan Min Hyo-rin? Secepat inikah kisah cinta Shin Chae-kyeong akan berakhir?”

“Bukankah Shin akan segera pulang? Kau harus menanyakannya setelah dia pulang. Kurasa satu-satunya cara terbaik adalah bicara dengan suamimu itu.

“Lee Kang-hyun, kau tidak sedang bercanda? Kan seharusnya aku tertawa mendengar kata-katamu barusan, tapi kenapa aku setuju—Ah, sudahlah. Aku sudah lelah bicara. Kuputus ya.”

Chae-kyeong melempar ponselnya ke atas tempat tidur. Dia tidak sedang bermimpi, kan? Dia sendiri bingung sebenarnya semua ini hanya mimpi atau kenyataan?

Chae-kyeong mengambil boneka Shin dan melemparnya menubruk sofa. Bahkan kalau dia bisa, dia ingin melempar Shin yang sesungguhnya. Kapan Shin akan pulang? Kapan Chae-kyeong harus bersiap menendang pria itu? Kapan waktu yang tepat?

Pi Koon Mama, Putera Mahkota datang berkunjung,” kata salah seorang pelayan.

Chae-kyeong terlonjak kaget. Dengan otomatis dia berdiri dan menemukan Shin sedang menatapinya lekat-lekat. Chae-kyeong berusaha membuang mukanya, tapi pria itu telah menariknya mendekat dan kemudian memeluknya erat.

“Percayalah padaku, bahwa aku tidak akan berbuat jahat padamu. Percayalah padaku, bahwa aku tidak pernah melakukan hal buruk di belakangmu. Percayalah padaku, bahwa aku tidak bisa hidup tanpamu, Shin Chae-Kyeong. Percayalah padaku, bahwa aku tidak pernah menyukai gadis lain. Percayalah padaku—bahwa aku mencintaimu,” kata Shin, semakin mempererat pelukannya.

To be Continue....

*****************************************
Princess Hours Fan Fiction (Part 4)

Wednesday, May 15, 2013

Annyeonghaseyo! Chloe dan Charly kembali lagi. Mohon maaf ya, ternyata minggu-minggu ini jadi sulit untuk bikin fanfiction karena sudah mau ujian kenaikan kelas (>w<) uwaaa cepat sekali ya sudah mau naik kelasnya hehehe

readers semangat yaa untuk yang mau ujian atau lagi ujian atau sedang ujian hehehe (^-^) semoga kita semua dapat nilai yang bagus-bagus. Oh iya, yang kelas 6, 9, 12, semangat yaa! semoga hasil UN-nya daebakk!

yang sudah mau prom night, siapa? (o^-^)o sudah cari-cari video hairstyle gaya korea beluum?

Chloe dan Charly sedang semangat ngumpulin nilai buat rapot :D doakan kita yaa! tahun depan sudah mulai penjurusan! harus serius dengan nilai rapot kali ini. semangat!! hwaiting!!



Fluttershy - Working In Background