Saturday, June 25, 2016

SungJoy Fanfiction - Sungjae and Joy Fan fiction (Part 2)


Author : Chloe  
Characters : Joy (Red Velvet), Sungjae (BtoB), Kim Sohyun, Minhyuk (BtoB), Wendy (Red Velvet), Irene (Red Velvet)


“Umma, eotokke.”

Joy tidak dapat membendung tangisnya walau dia sudah berusaha keras untuk menyembunyikannya. Dia berdiri, memegangi gagang telepon sambil gemetar dan menangisi setiap suara yang dia dengar. Dia tidak bisa mengatakan apapun selain memanggil ibunya dalam tangis.

“Joyie-ah, Gwenchana,” kata ibunya setiap Joy memanggil namanya dari sisi telepon yang lain. “Semuanya baik-baik saja, Joyie-ah. Ibu baik-baik saja disini dan kamu juga harus bahagia disana.”

Joy tidak bisa mengatakan apapun dan dia hanya terus menangis sampai akhirnya sambungan telepon terputus. Dia menaruh gagang telepon itu dengan sangat hati-hati dan berjalan keluar dari phone booth.

Joy baru saja kehilangan cincin pemberian ayahnya yang sangat berharga baginya. Ketika masih kecil, ayah Joy memberikan cincin itu, sebuah cincin dengan lambang infinite yang berarti tidak pernah berakhir, dengan sebuah ukiran di dalamnya bertuliskan ‘always’. Cincin itu memiliki pasangan. Satu untuk Joy dan satu untuk kakak perempuannya, Mina.

Namun ketika Joy berusia lima tahun, kedua orang tuanya bertengkar dan ayahnya memutuskan untuk membawa serta Mina pergi meninggalkan rumah. Setelah itu Joy tidak pernah bertemu dengan ayahnya maupun Mina yang kala itu berusia enam tahun. Mereka tidak pernah berusaha mencarinya maupun mengabarinya, seakan-akan mereka tidak lagi menyayanginya seperti yang dulu.

Setelah berusia sembilan belas tahun, Joy memutuskan untuk datang ke Seoul seorang diri untuk mencari masa depan dan mengejar impiannya, walau kesulitan menerpanya setiap hari dari awal kedatangannya di Seoul. Dia tidak punya siapapun, tidak ada tempat tinggal yang murah, tidak ada yang menjaganya, tidak ada pekerjaan yang membutuhkannya, sampai akhirnya dia menemukan sebuah kedai makanan yang hanya dijaga oleh seorang ibu dan anak laki-lakinya.

“Ommo, kenapa kamu kelihatan begitu lusuh?” tanya ibu pemilik kedai kala itu.

“Mianhamnida, ahjumma. Apakah kau membutuhkan tenaga kerja?” tanya Joy, memandang ibu pemilik kedai dan putranya bergantian. “Aku baru datang ke Seoul beberapa hari yang lalu untuk mendapatkan pekerjaan.”

“Ommo, ommo, ommo. Kenapa gadis secantik kamu berkelana sendirian di kota sebesar ini?” Ibu pemilik kedai itu terlihat sangat ramah ketika memegang kedua pundak Joy dengan tatapan iba.

Joy tidak mampu memandang mereka berdua lagi. Separuh hatinya menaruh harapan. Ibu pemilik kedai ini terlihat sangat baik, begitu juga dengan putranya yang terlihat tampan dan ramah.

“Kebetulan yang sangat bagus, bukan? Umma, kita tidak perlu membuat iklan,” kata putra pemilik kedai itu. “Kenalkan, aku Lee Jonghyun.” Si putra pemilik kedai itu menjulurkan tangan kepada Joy dan tersenyum dengan sangat menawan.

Di saat itulah Joy mulai menemukan setitik kehangatan di kota Seoul yang sangat besar itu. Ibu pemilik kedai itu mengijinkan Joy tinggal bersama mereka di sebuah rumah susun yang sederhana namun sangat bersih dan nyaman. Joy juga mulai akrab dengan Jonghyun yang sekarang sudah seperti kakak laki-lakinya sendiri. Jonghyun selalu menjaganya dan memberikan kehangatan di setiap waktu. Mereka menjadi sebuah keluarga baru yang penuh dengan kebahagiaan.
Sampai akhirnya kesehatan ibu Jonghyun melemah dan dia tidak bisa bekerja lagi di kedai. Jonghyun yang sedang kuliah pun tidak bisa menjaga kedai setiap saat, sehingga dia memberikan tanggung jawab kepada Joy dalam mengelola kedai. Ketika sore hari Jonghyun akan mampir untuk membantunya hingga malam menjelang dan menutup toko. Semenjak Ibu Jonghyun sakit, kedai menjadi lebih sepi dan kehilangan pelanggan-pelanggan setia mereka. Munculnya restoran ternama di dekat kedai mereka juga menjadi sebuah ancaman. Tagihan dokter ibu Jonghyun dan biaya kuliah Jonghyun membuat keluarga Lee kelabakan dalam mencari uang. Karena itulah, Joy memutuskan untuk mencari pekerjaan setengah hari dan membuka kedai pada siang harinya.

Joy sudah mencari berbagai pekerjaan. Mulai dari pengantar koran, pengantar susu, dan akhirnya memutuskan untuk menyewa pakaian badut karena melihat banyak sekali peluang di tempat wisata semacam sungai Cheong Gye Cheon yang ramai. Namun peristiwa buruk pun terjadi. Bapak penyewa kostum itu menagih uang sewa kepada Joy, dimana uang penghasilannya sudah habis untuk membeli obat. Akhirnya Bapak itu malah merebut cincin berharga Joy.

Joy berjalan menuju kedai makan pukul dua belas siang. Dia membuka toko dengan sangat murung. Walau sudah berupaya menutupi tangisannya, tetap saja ada air yang mengalir dari matanya dan buru-buru dia hapus. Dia menyapu dan mengepel kedai sambil menangis. Mengelap kaca kedai dengan sangat murung sampai-sampai ada pelanggan yang menanyakan kondisinya. Dia sudah berupaya menghapus air matanya sampai akhirnya sore hari menjelang tetapi Jonghyun tidak kunjung datang.

Joy melihat jam sambil membersihkan meja bekas pelanggan. Sudah jam 6, pikir Joy dengan murung. Apakah Jonghyun oppa sedang sibuk di kampusnya?

Waktu terus berjalan hingga pukul 7 malam, tetapi Jonghyun tidak kunjung datang, padahal kedai sedang ramai-ramainya pada jam makan malam tersebut. Joy kewalahan mengurus semua pelanggan yang datang. Banyak pria-pria mabuk yang menakutkan meminta dibawakan lagi soju, sementara banyak ibu-ibu yang marah karena pesanannya belum diantar. Joy tidak bisa melakukannya sendirian. Dia tidak bisa memasak dan melayani dalam waktu yang sama.

Sampai tutup kedai pun Jonghyun tidak datang. Akhirnya Joy membersihkan kedai sendirian dan menutupnya dengan kesal. Memang dia tidak punya ponsel untuk menanyakan keberadaan Jonghyun, namun dia tetap kesal karena Jonghyun tidak membantunya hari itu. Joy memang bekerja untuk keluarganya, namun dia tetap membutuhkan bantuan.

Badan Joy terasa lelah dan dia ingin segera sampai di rumah. Rasa kesal, sedih, dan lelah bercampur aduk membuatnya merasa mual dan frustasi. Joy sampai di rumah dengan wajah yang murung dan membuat Ibu Jonghyun bingung.

“Wae, Joyie-ah?” tanya Ibu Jonghyun cemas. “Dimana Jonghyun?”

Joy menggeleng lemah. “Aku tidak tahu, Ahjumma. Dia tidak membantuku hari ini.”

“Apa? Kemana dia sampai selarut ini?”

Baru saja dibicarakan, pintu depan terbuka dan Jonghyun masuk dengan sangat letih.

“Aku pulang.”

Joy hanya berdiri terpaku di tempatnya. Dia tidak ingin menunjukkan kekesalannya, walau sebenarnya sudah tersirat dari mimik wajahnya.

“Kau kemana saja?” tanya Ibu Jonghyun, memegang kedua pundak anaknya itu.

“Mianhamnida, Umma. Setelah pulang kuliah aku mendengar kabar bahwa Perusahaan Yook sedang membuka lowongan kerja untuk karyawan paruh waktu. Aku pergi kesana untuk mengikuti audisinya. Aku harus antri sangat panjang untuk melakukan wawancara.”

“Ommoo ommooo ommo.” Ibu Jonghyun membawanya duduk di sofa. “Yook? Hoesa Yook?”

“Dee, Umma. Mereka bilang aku masuk tahap berikutnya!” kata Jonghyun dengan penuh semangat.

“Oppa chughae,” kata Joy. Dia tetap berdiri di posisinya sambil tersenyum.

“Gumawo (terima kasih). Tapi maafkan aku karena tidak mengabarimu, Joyie-ah. Aku merasa tidak enak padamu.”

“Ani (tidak), gwencana.”

Joy pamit masuk ke dalam kamarnya. Dia menutup pintu dengan perlahan dan bersender di belakangnya dalam sepersekian detik, lalu jatuh terduduk di lantai.

Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan, dan esok mungkin akan jauh lebih melelahkan.


***

Next Sungjae's story :D

Fluttershy - Working In Background