Saturday, December 29, 2012

True Dream - Kim So Eun and Kim Shang Bum (Part 3)



True Dream

                         Aku tidak tahu alasan dia tidak menghubungiku dua bulan terakhir ini. Shin Min Ah mengatakan kalau sejak kecil dia memang sering tiba-tiba menghilang tanpa memberi kabar. Kim Bum tidak pernah memberitahu alasan mengapa dia suka menghilang seperti itu setiap tahunnya. Tetapi dia tidak pernah menghilang selama dua bulan seperti ini. Kemanakah dia sebenarnya? Apa yang dia sembunyikan dariku? So Eun tidak henti-hentinya memikirkan soal Kim Bum yang sudah dua bulan lamanya menghilang. “Sejak dia SD, biasanya dia tidak masuk sekolah paling lama hanya seminggu. Tidak seperti saat ini.. dua bulan terlalu lama,” kata Min Ah. “Aku.. tidak pernah tahu kalau dia suka hilang mendadak seperti ini. Eonni, kau tahu darimana kalau dia suka mendadak hilang seperti ini?” tanya So Eun. “Dari bibi Kim, ibunya Kim Bum. Aku pernah bertemu dengan bibi Kim dan saat itu bibi mengatakan kalau aku tidak boleh heran jika Kim Bum tiba-tiba menghilang dari sekolah. Aku bertanya apa alasannya, tapi dia tidak memberitahuku,” jelas Min Ah.
                         Semenjak Kim Bum menghilang, So Eun terlihat kesepian walaupun sudah dihibur dan ditemani oleh eonni dan oppa-oppa-nya itu. Dia merasakan sesuatu yang buruk terjadi pada Kim Bum. Di bawah pohon rindang yang sejuk dan terletak di belakang sekolah, air matanya mengalir dengan deras tanpa henti. Dagunya menyentuh tangannya yang sedang disilangkan di atas lututnya. Dia sangat kesepian.
                         Tiba-tiba, So Eun merasakan ada seseorang yang memegang pundak kanannya dari belakang. Dia melihat ke belakang dan serasa waktu berhenti pada saat itu. Angin kencang berhembus melewati mereka tetapi tidak melepaskan pandangan kerinduan yang mendalam mereka. Orang itu tersenyum pada So Eun dan berkata, “Bagaimana kabarmu?” So Eun berdiri dan dia tidak bisa menahan air matanya dan terus mengalir sambil memandangi Kim Bum yang berada di depannya. “Apa kau menungguku selama ini?” tanya Kim Bum yang sebenarnya tidak tahan membiarkan So Eun menangis tersedu-sedu di depannya. “Bodoh.. Bodoh!! Tentu saja aku menunggumu yang tiba-tiba menghilang tanpa meninggalkan jejak seperti itu! Aku.. Aku tidak akan membiarkanmu lolos dari hukumanmu yang pergi seenaknya saja!” bentak So Eun dengan suara yang tersedu-sedu. Kim Bum memeluknya dan berusaha menenangkannya, “Mianhe, mianhe.. Aku tahu kata maaf tidak akan cukup untuk membayar semua air matamu yang mengalir karenaku selama ini. Tapi, aku tidak bermaksud membuatmu menungguku selama ini.”
                         Kim Bum memberitahu alasan dia menghilang selama dua bulan ini. Dia pergi ke luar kota untuk menambah wawasan mengenai lukisan. Tapi alasannya itu tidak meyakini So Eun. Dia merasa Kim Bum sedang berbohong terhadapnya. “Kau tidak bohong kan?” Kim Bum tidak menjawab pertanyaan So Eun. “Kalau begitu, kenapa kau tidak menghungiku dan yang lain?” lanjut So Eun. “Itu.. karena signal disana sangat buruk dan sebenarnya aku juga tidak ingin diganggu, hehe,” jawab Kim Bum dengan wajah seperti sedang berbohong. “Huh.. Jadi aku itu pengganggu yah?” So Eun membuang muka darinya. “Bu.. Bukan begitu.. Maksudku..,” belum selesai berbicara, So Eun langsung mencelanya “Baiklah tidak apa-apa. Apapun alasannya saat ini, tapi kelak kau pasti akan memberitahukanku alasan yang sebenarnya kan?” So Eun tersenyum dan percaya pasti ada alasan yang membuat Kim Bum terpaksa berbohong padanya.
***
                         Kim Bum menggandeng tangan So Eun dan mengajaknya jalan-jalan ke suatu tempat. Saat itu sudah jam pulang sekolah. Tepat di gerbang sekolah, Shin Min Ah, Lee Seung Gi, dan juga Jung Il Woo memanggil dan menghampiri mereka. Mereka bertiga senang bisa melihat Kim Bum yang kembali bersekolah lagi di Arts School. Kim Bum  tahu kalau dia akan segera ditanyakan berbagai pertanyaan mengenai menghilangnya dia selama dua bulan. Dia memutuskan untuk menghindari mereka. “Mianhe, tapi aku harus segera pergi. Annyeong..,” Kim Bum melambaikan tangannya sambil tertawa dan menarik tangan So Eun dan bergegas pergi dari sana.
                                “Huh dasar..! Anak-anak zaman sekarang suka kabur begitu saja. Kalau begitu kita pergi juga yuk,” aja Seung Gi menarik tangan Min Ah. “Kami pergi dulu yah..,” kata Min Ah sebelum pergi meninggalkan Il Woo. Il Woo hanya tersenyum tipis tetapi wajahnya juga menunjukkan kesedihan di dalam hatinya.
***
                         Kim Bum mengajak So Eun pergi ke rumahnya. “Ah omma, ini So Eun, tetangga kita juga teman kecilku dulu,” Kim Bum memperkenalkannya. “Annyeonghaseo. Senang bisa bertemu dengan bibi lagi,” sambut So Eun. “So Eun? Wah.. Bibi senang bisa bertemu denganmu lagi. Maaf ya bibi tidak segera menemuimu dan keluargamu. Selama ini bibi hanya bisa mendengar beritamu dari anakku ini,” nyonya Kim terlihat senang dengan kehadiran So Eun di rumahnya. Tentu saja, karena keluarga mereka juga sangat akrab. “Ah tidak apa-apa kok, saya juga tidak segera menemui anda. Mianhamnida,” kata So Eun dengan manis.
                         Bibi Kim memuji kemanisan dan kecantikan So Eun yang membuatnya tersipu malu. “Omma, boleh aku bawa So Eun ke ruang lukisku sebentar?” izin Kim Bum. “Tentu saja. Tapi setelah itu ibu ingin berbincang-bincang sebentar dengannya.” Kim Bum mengajak So Eun ke ruang lukisnya.
                         So Eun memperhatikan semua lukisan yang ada di ruangan itu. Ada satu lukisan yang membuat dia terpana dan segera menghampiri lukisan itu. Dua anak kecil yang manis duduk di atas bukit sambil melihat matahari terbenam. Ya, dua anak itu tidak lain adalah Kim Bum dan So Eun. “Wah.. Aku ingat dulu kita pernah melihat matahari terbenam. Kau benar-benar melukisnya seperti nyata,” puji So Eun. “Gomawo. Tapi aku tidak ingat kapan saat itu kita melihat matahari terbenam,” kata Kim Bum dengan raut muka yang kecewa pada dirinya sendiri. “Apa kau ingat?” lanjutnya. “Tentu. Sehari sebelum kau pindah dari rumahmu dulu. Sebelum pergi kau ingin mempunyai kenangan yang indah bersamaku kan?” So Eun tersenyum menggodanya. “Benarkah? Aku.. benar-benar tidak ingat kapan itu terjadi.”
                          Raut wajah So Eun juga berubah, kekecewaan tertampak jelas di wajahnya. “Hei.. Jika suatu saat aku akan melupakan semua hal, tapi ada satu hal yang tak ingin kulupakan dan aku tidak akan pernah melupakannya. Kau tahu apa itu?” tanya Kim Bum. So Eun menatapnya karena heran kenapa Kim Bum tiba-tiba mengatakan dan bertanya hal itu. “Aku tidak tahu. Memangnya apa hal yang tidak ingin kau lupakan itu?” tanyanya. Kim Bum tersenyum sambil menatap So Eun dengan serius dan berkata “Kau.. Hal yang tidak ingin kulupakan adalah kau. Walau aku lupa dengan semuanya, tapi aku tidak akan pernah lupa kalau aku pernah mengenalmu.”
                         So Eun menjadi panik. Dia merasa sesuatu akan terjadi pada Kim Bum. Kenapa? Kenapa tiba-tiba kau berkata seperti ini, oppa? Kau ingin pergi lagi? Kau ingin menghilang lagi seperti waktu itu? pikirnya. So Eun tidak bisa mengendalikan kepanikkannya itu. Dia bergegas pergi dari ruangan itu dan berpamitan pada nyonya Kim lalu keluar dari rumah Kim Bum.
                         “Apa yang kau lakukan? Kejar dia dan segera tenangkan dia!” ucap Nyonya Kim pada Kim Bum. Kim Bum segera mengejar So Eun. “Haduh, kenapa anak itu membawa gitar sih?” nyonya Kim heran dengan anaknya itu. “Mungkin untuk memulihkan suasana,” kata tuan Kim yang baru saja pulang bekerja dan menghampiri Nyonya Kim.
***

                         Tepat di luar rumahnya, Kim Bum memanggil dan meraih tangan So Eun dengan tangan kanannya (tangan kirinya memegang sebuah gitar), “Hei tunggu..! Kenapa kau pergi begitu saja?” So Eun melepaskan pegangan Kim Bum, “Habis.. Habisnya kau berkata yang aneh-aneh saja. Itu membuat perasaanku menjadi buruk.” Kim Bum memegang tangan So Eun lagi, “Mianhe, aku tidak akan berbicara yang aneh-aneh lagi. Sekarang hapus air matamu dan perhatikan aku yah..” Kim Bum bersiap-siap dengan gitarnya dan bersiap untuk menyanyikan lagu I’m going to meet her. “Ehmm.. ehmm..,” Kim Bum mengecek suaranya dulu lalu mulai bernyanyi. Dan berhasil! Kim Bum berhasil membuat So Eun tersenyum lagi. “Aku tidak tahu kalau kau bisa bernyanyi,” katanya sambil tertawa.
                         Tetapi setelah bernyanyi, penglihatan Kim Bum tiba-tiba menjadi kabur. Dia tidak bisa melihat wajah So Eun dengan jelas. Jangan sekarang, kumohon jangan sekarang! Aku sedang bahagia melihatnya tertawa seperti itu. Jangan sekarang.. (batin Kim Bum). Dia terjatuh ke trotoar dan kesadarannya semakin lama semakin menghilang…

(to be continued)

*******************************************************

No comments:

Post a Comment


Fluttershy - Working In Background