Seperti biasa, Chae-kyeong tidak melakukan apapun
di dalam kamarnya. Sudah tiga hari Shin berada di luar negri dan tidak
mengabarinya sedikit pun. Chae-kyeong juga tidak diijinkan menelepon
Shin—karena menurut para dayang, itu hanya akan mengganggu kunjungannya dan
waktu istirahatnya saja. Seharian ini yang dilakukan Chae-kyeong hanyalah menelepon
Chae-jun dan menanyai kabar keluarganya. Ibunya bilang, dia akan segera
berkunjung untuk melihat keadaan Chae-kyeong, tapi dari tadi ibunya belum
sampai juga.
Chae-kyeong melamun di atas sofanya. Dia tidur
sambil memeluk boneka beruang Shin. Rasanya dia ingin membakar Istana. Dia
tidak suka diperlakukan seperti ini. Dia tahu, dia orang yang tidak bisa diam,
dan bagi keluarga kerajaan hal ini akan mengganggu kehamilannya. Chae-kyeong
tidak yakin bahwa dirinya sedang hamil. Dia memang merasa mual dan perutnya
terasa tidak enak, tapi selama ini dia pikir semua ini hanya gejala tidak enak
badan yang dialaminya.
Keluarga kerajaan sudah terlalu bahagia, padahal
Chae-kyeong sendiri belum diperiksa oleh dokter manapun. Tidak ada yang
berkunjung selain anggota kerajaan lainnya. Kemarin malam juga Omma mama datang untuk mengecek
kesehatannya. Dia lagi-lagi bercerita tentang bayi Shin yang menggemaskan.
Chae-kyeong tidak bisa berpikir.
Tiba-tiba, Chae-kyeong mendengar suara pintu
terbuka dan dia yakin itu adalah ibunya. Ternyata memang benar, itu ibu
Chae-kyeong yang datang bersama Chae-jun.
Chae-kyeong langsung memeluk ibu dan adiknya. Dia
merasa senang sekali. “Akhirnya kalian datang juga,” kata Chae-kyeong, melepas
pelukannya.
“Hei, Pig. Pa’kabar?” kata Chae-jun, tersenyum
usil.
Mereka duduk di atas sofa, sementara Chae-jun
sedang berkeliling kamar Chae-kyeong dengan penuh antusias. Ibu Chae-kyeong
terlihat sedang tidak bahagia. Hal ini membuat Chae-kyeong merasa sedih, karena
ibunya pasti sedang dilanda masalah.
“Chae-kyeong-ah, apa kamu merasa tidak enak
badan?” tanya ibu Chae-kyeong dengan tatapan tidak bersemangat. “Apa kau
benar-benar sedang hamil?”
Chae-kyeong cemberut dan tidak tahu harus bilang
apa. Dia pun tidak tahu sama sekali. Dia tidak merasakan apapun.
Ibu Chae-kyeong benar-benar terlihat khawatir.
“Chae-kyeong, kamu ini masih sangat muda. Apa benar kau sedang hamil? Ibu tidak
bisa percaya begitu saja, karena menjadi seorang ibu tidaklah mudah. Apalagi
kamu masih sangat muda.”
“Omma, aku enggak ngerasain apapun di perutku. Aku
cuma enggak enak badan, kok! Serius deh.” Chae-kyeong terlihat sangat lelah.
Wajahnya begitu pucat, perutnya terasa tidak enak karena sesuatu sedang bergerak
di dalamnya. Chae-kyeong yakin kalau yang bergerak itu adalah makanan.
“Lalu, kamu sudah bilang pada Putra Mahkota?”
tanya ibunya lagi.
“Bukannya Omma senang aku sedang hamil? Ini calon
putra mahkota yang diinginkan semua orang. Bukannya selama ini Omma selalu
bersemangat?” Chae-kyeong tidak percaya ibunya malah tidak mendukung
kehamilannya, karena dari sekian banyak orang yang bahagia, pastilah ibunya ini
yang nomor satu.
Ibu Chae-kyeong mendesah dan memalingkan wajahnya.
“Kamu ini,” katanya sambil memegang tangan Chae-kyeong, “saat ini yang
kupikirkan adalah kondisimu. Kondisimu belakangan ini kan sangat buruk, tidak
bagus untuk seorang ibu mengandung.”
Chae-kyeong tahu ada sesuatu yang tidak beres
dengan ibunya. Pasti bukan alasan seperti itu yang membuat ibunya tidak
bersemangat. “Omma, jujur saja lah. Aku tahu Omma lagi pusing. Bisa kan
ceritakan sesuatu kepadaku?” Chae-kyeong mendadak serius. “Apa ayah berhutang
lagi, ya?”
“Bukan! Keluarga kita sudah lebih dari
berkecukupan.”
“Lalu apa? Aku sedang tidak bercanda, Omma.
Katakan padaku apa yang sedang terjadi? Apa di luar sana orang-orang sedang
berdemonstrasi karena berita kehamilan Putri Mahkota? Ya, begitu?”
“Lebih buruk dari itu, pig,” kata Chae-jun,
berhenti di samping sofa tempat Chae-kyeong duduk. “Ini tentang Min Hyooo
Rinnn.”
Chae-kyeong langsung berdebar-debar. Rasanya darah
memuncak naik ke atas kepalanya. “Apa? Apa yang dilakukan wanita itu? Cepat
katakan!”
“Beritanya sudah heboh—“ Chae-jun baru hendak
melanjutkan, tapi ibunya telah menyekap mulutnya dengan kedua tangan.
“Omma, ceritakan padaku. Katakan apa yang terjadi
di luar sana. Apa sih informasi yang engga aku ketahui? Aku ketinggalan cerita
banget.” Chae-kyeong merasa sangat terkucilkan dari dunia. Hanya dia yang tidak
tahu apa yang terjadi dan apa yang dikhawatirkan ibunya sendiri. Tidak ada yang
ingin membagi cerita di luar sana selama dia dikurung dalam kamarnya.
“Chae-kyeong, kali ini kamu harus serius. Ini
masalah yang sangaaaat serius.” Ibu Chae-kyeong tidak tahu harus memulai dari
mana. Bagaimana cara mengatakannya? Dia pun tidak tahu.
“Min—min Hyo Rin!” kata Chae-jun, melepas mulutnya
dari tangan ibunya. “Dia sedang mengandung anak Putra Mahkota!”
Seakan-akan dunia berhenti pada tempatnya
berputar. Waktu berhenti tidak lama dari kata-kata itu melambung. Udara seakan
dirampas begitu saja dari kerongkongan Chae-kyeong. Semuanya berubah gelap
gulita. Tidak ada pikiran yang benar-benar ingin diingat Chae-kyeong saat ini.
Dan rasanya dia sudah dilahap oleh kabut yang membawanya menjauhi daratan.
To Be Continued ...
**************************************************************
Princess Hours Fanfiction (Part 3)
**************************************************************
Princess Hours Fanfiction (Part 3)
I feel breathless when read Hybrid contains Shin's child! Arch, no way!!
ReplyDeletePlease keep going. I wanna know the further story.
I feel breathless when read Hyorin contains Shin's child! Argh, no way!!
ReplyDeletePlease keep going. I wanna know the further story.
thank you for reading, Zia ^^
DeletePlease keep waiting for the next part! xoxo
kok gk dilanjutin
ReplyDeleteMohon menunggu yaa ^^ Chloe lagi sibuk dengan urusan sekolah hihi
DeleteYg ke Lima nya juga belum ya??? Ga sabarrrr 🙀🙀🙀🙀
DeleteYg ke Lima nya juga belum ya??? Ga sabarrrr 🙀🙀🙀🙀
Deletesudah ada lohhh!! http://chloe-fanfiction.blogspot.co.id/2016/01/princess-hours-fan-fiction-part-5.html?showComment=1455886814978#c3456994278106023919
Delete