Saturday, March 19, 2022

Princess Hours Fan Fiction (Part 9)


 Author: Chloe 

Characters: Lee Shin, Shin Chae-kyeong, Min Hyo-rin

    “Sungguh? Istana bilang kita boleh pergi?” Chae-kyeong tersenyum sangat lebar dan melompat-lompat kegirangan. Dia melakukan tarian aneh yang sudah menjadi kebiasaannya ketika mendengar kabar baik.

    “Iya, tapi kita tidak bisa menginap. Lagipula ini hari yang penting kan bagimu,” kata Shin, membetulkan dasinya yang miring di depan cermin.

    “Apa cuma kamu yang enggak merayakan White Day?” tanya Chae-kyeong meledek. “Harusnya kan kamu udah nyiapin sesuatu untukku dari jauh-jauh hari.”

    Shin mengambil jas yang sudah disiapkan dengan sangat rapi oleh pelayannya. Dia mengenakannya dengan cepat dan nampak sangat formal. “Belakangan ini kondisinya sangat serius. Sulit untuk merencanakan kesenangan pribadi.”

    Chae-kyeong merasa agak kesal. Belakangan ini memang kondisinya tidak berangsur baik. Chae-kyeong belum mendengar keputusan istana yang berusaha ditutupi oleh Shin. Menurut Shin, dia perlu waktu untuk memberitahu Chae-kyeong yang masih terlalu emosional, padahal semua itu karena hatinya sendiri yang tidak siap.

    “Tapi kan aku udah buat rencana dan minta ijin pergi sendiri dari minggu lalu. Bahkan aku gak minta kamu ikut!” kata Chae-kyeong, melemparkan dirinya ke atas salah satu sofa di kamar Shin. Dalam hati Shin merasa kecewa, Chae-kyeong masih berusaha tidak mengikutsertakan Shin dalam agendanya. Chae-kyeong menolak ikut ke pavillion Tae-Hoo Mama untuk jamuan teh, kembali lebih dulu ke pavillion mereka setelah makan malam, pura-pura tidur lebih cepat dengan lampu menyala, juga tidak lagi menanyakan buku-buku yang tidak ia mengerti dari kelas-kelas yang baru diikuti.

    “Istana tidak akan membiarkan kamu pergi sendirian ke tempat umum yang banyak orang,” balas Shin, mengancingkan jasnya, membetulkan tali sepatu, dan akhirnya siap untuk pergi. “Tapi kamu harus tunggu aku pulang. Aku akan kembali di siang hari. Pertemuan pagi ini cukup penting, aku tidak bisa membatalkannya.”

    Chae-kyeong semakin kesal. “Jangan buat aku kecewa, Shin. Kamu gak pernah tepat waktu. Kalau hari ini kamu gak pulang, aku bakal pergi sendiri!”

    Begitu lah yang terjadi. Chae-kyeong sudah menunggu Shin dari pagi hingga siang, tidak melakukan apapun kecuali membaca salah satu buku yang dijadikan PR untuk kelas tata krama putri kerajaan. Dia sudah pindah dari kamarnya, ke kamar Shin, ke ruang tengah, ke teras, kembali ke kamarnya lagi. Sesekali dia mengirim pesan kepada Shin, hampir semuanya diakhiri dengan emoji marah dan nyala api.

    “Shin payah,” umpatnya geram.

    Para dayang membawakan makan siang ke pavillion Putra dan Putri Mahkota seperti yang diperintahkan Chae-kyeong. Makan siangnya seperti biasa terlihat sangat cantik dan mewah, tapi kali ini Chae-kyeong menyadari pilihan menunya dibuat khusus. Ada beberapa menu yang pernah disebut-sebut ingin ia cicipi.

    “Yang Mulia Putra Mahkota akan sedikit terlambat, mama. Mama diminta untuk makan lebih dulu,” kata pelayan Choi.

    “Apa dia yang minta menu-menu ini? Ah—tidak mungkin. Pasti kalian yang bantu dia karena aku sering sebut-sebut ke kalian, kan? Sungguh, Shin bodoh.”

    “Maaf, Mama. Saya tidak tahu mengenai hal itu, tapi Yang Mulia Putra Mahkota menitipkan pesan maaf karena harus membuat Pi Koon Mama menunggu.”

    Walau Chae-kyeong kecewa, dia tetap menyantap makanannya dengan gembira. Sudah lama dia ingin menyicipi Côte de bœuf dan Profiteroles yang namanya bahkan tidak bisa dia sebut dengan benar. Dia mendengar menu-menu itu dari internet.

    “Dia bahkan tidak membalas pesanku. Buat apa repot menitipkan pesan ke orang lain,” gerutu Chae-kyeong, masih dengan lahap menyantap makanannya. “Oke aku udah selesai menuhin syarat makan formal, sekarang ayo kalian harus coba juga!” (Chae-kyeong punya perjanjian dengan pelayan Choi, dia punya dua sesi makan. Sesi pertama harus mengikuti cara makan formal untuk latihan tata krama, sesi kedua dia bebas makan sesuka yang dia mau).

    Chae-kyeong menarik pelayan-pelayannya untuk duduk bersamanya. Dia menyuapi mereka bergantian dan tertawa mendengar reaksi mereka satu-persatu. Itu lah mengapa Chae-kyeong lebih suka makan di pavillion. Makan di ruang makan istana terasa sangat sepi, apalagi anggota keluarga kerajaan sangat sibuk. Biasanya hanya ada Tae-Hoo Mama, itu pun kalau dia sedang tidak lelah atau moodnya sedang baik.

    “Apa Mama sudah tahu akan pergi kemana hari ini?” tanya pelayan Lee yang paling muda di antara empat. Dia memang yang paling bisa diajak Chae-kyeong bercanda dan usil.

    Chae-kyeong menggeleng pelan. “Aku bahkan enggak tanya Shin saking senangnya bisa pergi keluar.”

    Chae-kyeong bahkan tidak sempat berpikir mereka akan kemana. Apakah Shin akan mengajaknya ke tempat yang jauh dan tidak banyak orang? Apakah mereka akan ke gunung? Naik helikopter untuk berkeliling kota? Chae-kyeong memang masih berusaha menghindari Shin, tapi dia tidak bisa menolak kesempatan untuk pergi jauh dari istana yang membosankan ini.

    “Apakah saya harus menyiapkan pakaian ganti?” tanya pelayan Lee dengan semangat.

    Mereka melanjutkan percakapan itu sambil tertawa, menerka-nerka apa saja kemungkinan yang akan terjadi, membuat Chae-kyeong merona merah dan tidak bisa membendung senyuman.

 

***  

 

    Ding dong. Bunyi notifikasi pesan masuk ke ponsel.

    Chae-kyeong mengusap kedua matanya, menguap sambil mengambil ponselnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore.

    Astaga! Batin Chae-kyeong. Dia sudah ketiduran selama itu. Langit yang tadinya cerah sudah berubah perlahan-lahan menjadi gelap.

    Dia segera berlari ke depan cermin, merapikan rambutnya yang sedikit berantakan karena posisi tidur sembarangan. Dia mengecek dressnya dan berupaya meluruskan kerutan-kerutan kecil. Setelah merasa rapi kembali, dia mengecek notifikasi yang barusan masuk.

    Dia pikir dia akan menemukan nama Shin pada pesan itu, atau akan ada banyak panggilan tidak terjawab dari Shin. Tapi tidak mungkin, jika Shin sudah kembali, para pelayan pasti akan membangunkannya. Kekecewaan Chae-kyeong sudah berlipat ganda.

    Anehnya, pesan itu berasal dari nomor tidak dikenal. Chae-kyeong membukanya dengan bingung dan penasaran. Isinya bukan tulisan, melainkan halaman berita yang di screenshot ke dalam beberapa foto. Chae-kyeong terkejut. Bagaimana orang ini tahu nomor pribadinya? Bagaimana dia tahu Chae-kyeong tidak boleh mengakses internet, dan dia mengirimkan foto supaya Chae-kyeong bisa membacanya?


‘Eksklusif: Min Hyo-rin Dikonfirmasi Masuk Ke Kerajaan. Apakah Akan Ada Pernikahan?

Seoul – Melalui interview eksklusif dengan narasumber, salah satu orang terdekat Min Hyo-rin, telah mengonfirmasi adanya tawaran dari pihak kerajaan untuk mengajak nona Min tinggal di Istana. Nona Min dikabarkan telah menerima tawaran tersebut dan konferensi pers akan segera dilaksanakan. Lantas apakah akan ada pernikahan dan perubahan status terhadap nona Min?

“Saya yakin akan ada pernikahan. Semuanya akan dijelaskan lebih lanjut pada konferensi pers.”

Sejauh ini tidak ada respon dari pihak Putra dan Putri Mahkota. Keduanya tidak lagi terlihat memiliki jadwal dengan publik secara bersama-sama. Putra Mahkota masih menghadiri acara-acara yang bersifat privat dan menolak wawancara wartawan. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi publik mengenai hubungan keduanya. Muncul isu-isu mengenai hubungan Putra dan Putri Mahkota yang sudah retak jauh sebelum skandal ini terjadi, terutama sebelumnya telah beredar isu yang sama mengenai kedekatan Putra Mahkota dengan nona Min.

Jika nona Min bisa memberikan calon Putra Mahkota berikutnya, apakah ia akan diangkat sebagai Putri Mahkota yang baru?’

 

Chae-kyeong hanya berdiri dalam diam. Dia tidak melanjutkan beberapa paragraf berikutnya yang banyak mengandung nama Hyo-rin dan spekulasi, atau lebih tepatnya dia tidak sanggup melanjutkannya.

 

***  

 

    Shin bergegas masuk ke dalam mobil, mengusir sopir yang menawarkan diri untuk mengantarnya. Dia membanting pintu sangat keras, bergegas mengendarai mobil dengan kecepatan penuh, membuat para pengawalnya kewalahan dan lambat laun tertinggal-kehilangan jejak.

    “Shin Chae-kyeong, eodiya,” gerutunya dalam keadaan panik.

    Baru beberapa menit yang lalu, Shin menerima telepon dari pelayan istana. Chae-kyeong tidak bisa ditemukan dimana-mana. Mereka sudah mencari Chae-kyeong keseluruh istana. Lebih masalahnya lagi, mereka juga mendapati mobil Chae-kyeong ikut menghilang.

    Chae-kyeong tidak diijinkan membawa mobil. Bagaimana caranya dia kabur? Kemana dia pergi?

    Shin merasa sangat bodoh dan bersalah. Pasti ini karena dia ingkar janji. Chae-kyeong memang mengancam akan pergi sendiri, tapi Shin tidak menyangka dia akan berhasil kabur dari pengawasan para penjaga.

    Beberapa menit berikutnya Shin sudah menghubungi orang-orang terdekat Chae-kyeong. Dia membuat ayah dan ibu Chae-kyeong sedikit panik, tapi dia buru-buru meluruskan bahwa ini bukan masalah besar. Chae-kyeong memang sering hilang. Dia berbohong bahwa Chae-kyeong pasti sedang bersembunyi dari guru kelasnya.

    Tidak ada satu pun orang yang dihubungi Chae-kyeong hari ini. Babo, Chae-kyeong hanya menghubungi dirinya hari ini, dan dia tidak sempat membalasnya.

    Shin mencari ke beberapa tempat di sekitar rumah keluarga Chae-kyeong. Mengintip restoran yang pernah mereka kunjungi dari dalam mobil, tapi mobil Chae-kyeong tidak ada. Kemana Chae-kyeong akan pergi? Kemana dia akan pergi jika tidak bersama Shin?

    Shin baru teringat. Pada malam itu, Chae-kyeong pernah membahas tempat yang dia temukan secara tidak sengaja ketika belajar mobil dengan pelayan-pelayannya. Chae-kyeong bercerita dengan penuh semangat, sementara Shin dengan usil pura-pura sibuk membaca buku dan tidak banyak berkomentar. Jika Chae-kyeong ingin pergi ke tempat yang tidak bisa ditemukan oleh Shin, mungkin Chae-kyeong akan berpikir Shin sudah melupakan tempat itu.

    Tempat itu ada di atas bukit dan jarang dilewati mobil, sangat cocok untuk latihan mobil anggota kerajaan yang butuh privasi, walau terdengar agak berbahaya. Tapi jalanan disana tidak selalu menanjak. Ada jalanan panjang yang lurus dan sedikit berbelok.

    Salah satu sisi jalanan disana punya pemandangan yang sangat menakjubkan, langsung mengarah ke kota dan dapat melihat sungai dari kejauhan. Malam itu ternyata sedang ada festival kembang api di pinggiran sungai, sehingga banyak lampu-lampu kecil yang menyala bergantian, dan lampu-lampu itu telah membantu Shin menemukan posisi Chae-kyeong.

    “Aku tidak mau bertemu denganmu, Shin,” kata Chae-kyeong berusaha terdengar datar, separuh menahan isakan yang ingin dia sembunyikan. Chae-kyeong tahu Shin sudah berjalan mendekatinya sekarang, tapi dia tetap berusaha tidak menengok, agar Shin tidak tahu Chae-kyeong sedang menangis.

    Shin tahu betul seperti apa suara Chae-kyeong ketika sedang sedih, sedang menangis, sedang kecewa, dan itu membuatnya merasa sangat bersalah. Dia memberikan mantelnya pada Chae-kyeong dari belakang, berusaha menjaga privasi Chae-kyeong yang menolak untuk menatapnya.

    “Kamu tahu hari ini orang-orang merayakan White Day dengan main kembang api di pinggir sungai? Kalau minggu lalu aku dapat ijin keluar Istana, aku udah punya rencana akan piknik disini menunggu malam dan nonton kembang api dari jauh,” kata Chae-kyeong sesekali mengusap matanya. “Kalau aku bukan bagian dari Istana lagi, mungkin aku ada disana, gak perlu lihat dari jauh.”

    Shin memberanikan diri menggenggam tangan Chae-kyeong sangat erat. Seakan jika lepas, dia tidak akan pernah bisa memegangnya kembali. Dia bisa mendengar isakan Chae-kyeong tidak bisa terbendung lagi, semakin lama semakin besar. Tubuh gadis itu menggigil. Tanpa pikir panjang, Shin menariknya ke dalam pelukan, mengelus kepala Chae-kyeong dengan sebelah tangan.

    “Maafkan aku, maafkan aku,” Shin mengulang kata-kata itu terus-menerus hingga Chae-kyeong berhenti menangis dan bisa mengontrol ledakan emosinya.

    Chae-kyeong yang masih berada di dalam pelukan Shin, lama-lama terdiam dan perlahan-lahan melepas dirinya.

    “Shin..,” kata Chae-kyeong dengan lembut. “Uri jamsi heeojija.”


to be continued...


*********************************

Annyeong, readers!
Terima kasih banyak atas dukungan kalian selama ini huhu terima kasih untuk comment-comment kalian, yang tentunya aku baca dan kasih aku banyak banget semangat. Maaf karena udah lamaaa banget engga ngelanjutin cerita ini. Untuk ucapan terima kasih ku pada readers semua, aku kebut tulis dan tadaaaa, akhirnya tahun ini berhasil melanjutkan part ke-9!
Semoga readers tetap semangat menunggu next part ya. Aku akan berusaha yang terbaik huhu
Rasanya pingin cepat-cepat sampai nulis ending ceritanya fufu
Kalau kalian tim pingin cepetan ending apa lanjut terus, readers? Tulis di comment ya! hehe

Berlanjut ke part 10 :D

No comments:

Post a Comment


Fluttershy - Working In Background